Senin, 29 September 2025

Tradisi Peringatan Malam 1 Suro di Solo dan Yogyakarta, Berikut Jadwal Kirabnya

Tradisi malam 1 Suro umumnya akan dilaksanakan pada saat malam pergantian bulan Suro, berikut jadwal kirabnya di Solo dan Yogyakarta.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
KIRAB MALAM SURO - Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi "Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng", Selasa (5/10/2013) dini hari. Berikut tradisi malam 1 suro, yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Solo dan Yogyakarta. 

Kirab Pusaka Dalem dilakukan di Pura Mangkunegaran dimulai dari area Pendapa Agung kemudian memutari tembok Pura Mangkunegaran dan sekitarnya.

YOGYAKARTA

  • Jamasan Pusaka

Jamasan Pusaka (Siraman Pusaka) jadi tradisi malam Suro yang rutin digelar Keraton Yogyakarta untuk mensucikan benda-benda pusaka yang ada seperti kereta, tosan aji (senjata), gamelan, dan lainnya. Upacara Jamasan Pusaka tergolong ke dalam warisan budaya tak benda yang bertujuan untuk menghormati leluhur serta merawat benda bersejarah. 

  • Lampah Budaya Mubeng Beteng

Puncak tradisi malam Satu Suro yaitu Mubeng Beteng. Mubeng Beteng adalah mengitari kawasan beteng Keraton Yogyakarta dengan berlawanan arah jarum jam. Tradisi ini diikuti oleh para abdi dalem serta masyarakat umum untuk berjalan tanpa bicara (Tapa Bisu) serta tidak menggunakan alas kaki. 

  • Tapa Bisu

Tapa Bisu adalah bagian dari acara Mubeng Beteng yang merupakan tradisi malam Satu Suro. Pada prosesi ini biasanya peserta kirab tidak diperbolehkan mengeluarkan suara, bebunyian, serta berbicara sepanjang rute. Ritual Tapa Bisu biasanya diawali dengan lantunan tembang macapat yang terselip doa-doa serta harapan untuk satu tahun ke depan. 

  • Lampah Ratri

Pura Pakualaman Jogja juga memiliki tradisi malam Satu Suro yakni Lampah Ratri yang merupakan kegiatan mengitari Beteng Kadipaten Pakualaman.

Total rute yang dilalui untuk Lampah Ratri adalah 6 kilometer dengan titik awal di Kadipaten Puro Pakualaman, keluar menuju Jalan Gajah Mada, Jalan Sultan Agung, Jalan Harjono, Jalan Purwanggan, dan Jalan Harjowinatan. 

  • Santap Bubur Suran (Bubur Suro)

Setelah menjalankan seluruh prosesi, masyarakat bisa menyantap Bubur Suran di area Keraton Yogyakarta yang memiliki cita rasa gurih cenderung manis.

Bubur Suran dimasak menggunakan beras yang dibumbui santan, garam, serai, dan jahe, kemudian ditambahkan beberapa lauk pauk seperti opor ayam, sambal goreng, serta taburan tujuh jenis kacang.

Baca juga: Kalender Jawa Juli 2025, Bulan Suro-Sapar Lengkap dengan Wetonnya

Sejarah Tradisi Malam 1 Suro

Tradisi malam Satu Suro menjadi sebuah momen sakral yang masih dipercaya masyarakat Jawa, terutama di daerah Yogyakarta dan Surakarta.

Tanggal satu Suro merupakan penanda tahun baru di penanggalan Jawa, yang bertepatan juga dengan tanggal satu Muharram di kalender Hijriyah (tahun baru Islam). 

Pada malam 1 Suro, umumnya akan diselenggarakan tradisi khusus untuk menyambut tahun baru,

Mengutip dari ambarrukmo.com, awal mula tradisi Satu Suro ini terjadi pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram Islam.

Suro dalam penanggalan Jawa dapat diartikan dengan bulan yang suci serta menyimpan energi spiritual yang tinggi. 

Seluruh masyarakat Jawa yang masih mempercayai tradisi Kejawen pada malam 1 suro yang diharapkan untuk melakukan introspeksi diri serta memanjatkan doa untuk satu tahun berikutnya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan