PSI Gelar Pemilu Raya
Sejarah Politik Terlucu di Dunia bila Jokowi dan Kaesang Berebut Kursi Ketum PSI, Kata Pengamat
Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago berbicara mengenai peluang Jokowi dan Kaesang bersaing merebutkan kursi Ketua Umum PSI.
TRIBUNNEWS.COM - Putra bungsu mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mendaftar sebagai Calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Kaesang mendaftar sebagai Caketum PSI di Kantor DPP PSI, Jakarta, Sabtu (21/6/2025).
Kaesang membawa 10 surat pernyataan dukungan dari DPW PSI dan 75 surat pernyataan dukungan dari DPD PSI.
"Insyaallah untuk teman-teman yang sudah setia dukung saya di PSI, di 2029 Insyaallah kita masuk Senayan, kita perbanyak lagi kepala daerah dari kader PSI," kata Kaesang.
Kaesang menjadi sosok kedua yang mendaftar calon Ketum PSI.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPW PSI Jawa Barat, Ronald Aristone Sinaga atau Bro Ron telah mendaftarkan diri pada Rabu (18/6/2025).
Bro Ron mengaku menerima tantangan Kaesang untuk mendaftar sebagai calon orang nomor satu di partai berlambang mawar itu.
“Jadi saya ditantang netizen, ditantang Ketua Umum kita (Kaesang) maju."
"Kita gas, kita bersama, kita maju menjadi calon Ketua Umum partai PSI, supaya ke depannya PSI lebih megah lagi dan 2029 adalah milik PSI dan PSI masuk Senayan,” ujar Bro Ron kepada wartawan seusai mendaftarkan diri di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu.
Bagaimana Peluang Jokowi Jadi Ketum PSI?
Sementara itu pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai akan menjadi sejarah politik terlucu di dunia bila Jokowi ikut mendaftar calon Ketum PSI.
Baca juga: Kaesang Pastikan Jokowi Tidak Akan Maju Dalam Pencalonan Ketua Umum PSI
"Pertama sejarah politik lucu sedunia apabila bapak gantikan anak jadi ketum atau bapak bersaing sama anak," ungkap Pangi kepada Tribunnews, Sabtu (21/6/2025).
Pangi menilai Jokowi tidak perlu maju sebagai calon Ketum PSI apabila Kaesang sudah maju.
"Menurut saya kalau Kaesang maju, Jokowi balik gendong cucu di Solo," ungkapnya.
Strategi Politik Keluarga Jokowi
Menurut Pangi, wacana Jokowi bakal menjadi calon Ketua Umum PSI hanyalah strategi agar mantan Gubernur DKI Jakarta itu dan keluarganya terus menjadi perbincangan politik.
"Ini hanya untuk meramaikan aja. Agar nama jokowi dan keluarga jadi perbincangan publik, sehingga tetap santer jadi pergunjingan."
"Agar tetap dalam spektrum politik nasional," ungkap Pangi.
Kaesang Indikasikan Jokowi Tak Maju Caketum PSI

Sementara itu dalam wawancaranya bersama awak media, Sabtu (21/6/2025), Kaesang mengatakan tidak mungkin seorang ayah dan anak bertarung dalam satu partai untuk memperebutkan kursi Ketua Umum.
"Mengenai beliau (Jokowi) akan menjadi ketua umum atau tidak, itu sudah kami obrolkan di seminggu terakhir ini. Kan ndak mungkin juga anak sama bapak saingan," katanya.
Kaesang mengatakan telah meyakinkan Jokowi agar memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk memimpin Partai politik.
"Berilah kesempatan kepada anak muda anak muda itu bukan pemimpin masa depan, anak muda itu pemimpin masa kini," ucapnya.
Baca juga: Rismon Sianipar Temukan Keanehan soal Tahun KKN Jokowi: Bareskrim sebut 1983, Jokowi Bilang 1985
Respons Jokowi
Jokowi diketahui sempat menyiratkan ketertarikannya bergabung dengan PSI.
Saat ditanya wartawan mengenai adanya keinginan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 'meminangnya', Jokowi mengaku lebih memilih PSI.
Jokowi mengatakan banyak tokoh-tokoh hebat di PPP yang kapasitas hingga kompetensinya tidak diragukan.
"Yang di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, punya kompetensi."
"Banyak calon yang dipilih, banyak sekali," kata Jokowi kepada awak media, Jumat (6/6/2025).
Jokowi lalu menegaskan dirinya masih memilih tetap berada di PSI meski belum ada pencalonan resmi terhadap dirinya sebagai ketua umum di partai tersebut.
"Saya di PSI sajalah," ucapnya.
Ketika ditanya soal kemungkinan dilirik partai lain, Jokowi menjawab singkat.
"Ya enggak tahu, di PSI saja, dicalonkan juga belum," ujar dia.
Agak Aneh kalau Jokowi Pimpin PSI
Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, turut memberi tanggapan mengenai potensi Jokowi memimpin PSI.
Ia menyebut kehadiran Jokowi berpotensi mendongkrak elektabilitas PSI dan membuka peluang masuk ke Senayan pada Pemilu Legislatif 2029.
Namun, Jamiluddin menilai bahwa secara usia dan karakter partai, Jokowi tetap bukan sosok ideal untuk memimpin PSI.
Ia menekankan bahwa PSI selama ini dikenal sebagai partai anak muda sehingga kepemimpinan idealnya juga berasal dari kalangan muda.
“Kalau Jokowi memimpin PSI, tentu aneh. Sebab, PSI partai anak muda yang dipimpin orang tua. Kalau terjadi tentu paradoks bagi PSI,” ujarnya kepada Tribunnews, Senin (9/6/2025).
Karena itu, ia menyarankan agar Jokowi menyadari posisinya dan tidak memaksakan diri untuk memimpin partai yang secara karakter tidak sesuai.
“Jadi, idealnya PSI dipimpin orang muda. Jokowi sebaiknya tahu diri bahwa dirinya tak pantas memimpin PSI,” kata Jamiluddin.
Meski begitu, Jamiluddin menilai lebih masuk akal Jokowi memilih PSI daripada PPP karena sama-sama menganut paham nasionalis.
Sedangkan PPP memiliki basis ideologi religius.
“Jokowi yang nasionalis tentu tak sejalan dengan PPP yang menganut religius. Perbedaan ideologis itu tentu aneh bila Jokowi memimpin PPP."
"Jokowi akan dinilai sosok yang menerima jabatan apa saja tanpa melihat kesesuaiannya,” kata Jamiluddin.
Projo: Belum Ada Tanda Jokowi Gabung PSI
Sementara itu, Relawan Pro Jokowi (Projo) menyebut belum melihat tanda-tanda ayah Kaesang Pangarep itu bakal bergabung dengan partai politik, termasuk PSI.
Wakil Ketua Umum Projo Fredy Damanik membocorkan Jokowi pernah berjanji akan memberi tanda kalau akan masuk partai.
"Sampai saat ini kami belum terima arahan apapun dari Pak Jokowi," ujar Fredy kepada Kompas.com, Kamis (19/6/2025).
Fredy mengungkapkan Jokowi memang pernah mengajak mereka berdiskusi tentang niat mendirikan partai baru, yaitu partai super terbuka.
Di mana, kata dia, kebijakan-kebijakan penting partai ditentukan oleh semua anggota partai berdasarkan "one man one vote".
"Memang tidak gampang untuk mewujudkan ide partai super terbuka ini, karena harus mengubah peraturan, khususnya peraturan KPU. Dan bisa saja akan mendapat resistensi dari partai-partai yang sudah ada sekarang," jelasnya.
"Namun jika kita serius ingin menjawab permasalahan partai yang selama ini dikeluhkan, khususnya tentang biaya tinggi, transparansi, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat, maka ide partai super terbuka ini sangat layak untuk diakomodir dalam sistem kepartaian di Indonesia," sambung Fredy.
Fredy melihat Jokowi tidak mau terburu-buru untuk menentukan akan masuk partai mana ataupun membuat partai baru, mengingat harus dipertimbangkan secara matang.
Apalagi, lanjut Fredy, PSI pasti memiliki mekanisme tersendiri untuk bursa ketum, sehingga Projo belum melihat Jokowi mengikuti mekanisme itu di PSI, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh PSI kepada publik.
"Projo sebagai pendukung Jokowi prinsipnya mendukung Pak Jokowi masuk partai politik manapun, baik PSI maupun partai existing lainnya."
"Karena memang kehadiran Pak Jokowi masih sangat dibutuhkan oleh bangsa ini khususnya untuk memastikan negara kita bisa menjadi negara maju pada tahun 2045 sebagaimana yang dicita-citakan," katanya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Taufik Ismail, Chaerul Umam)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.