Senin, 6 Oktober 2025

Klarifikasi Resmi Dedy Nur Palakka soal Statement Jokowi Penuhi Syarat sebagai Nabi: Tak Wakili PSI

Kader PSI Dedy Nur Palakka menyampaikan klarifikasi resmi atas pernyataannya yang menyebut Jokowi memenuhi syarat menjadi nabi.

Tangkap layar Twitter @DedynurPalakka/BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/YouTube Kompas TV
Kolase foto: Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka (KANAN), Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) (TENGAH). Cuitan Dedy (TENGAH) menyebut Jokowi memenuhi syarat jadi nabi di akun media sosial X, Senin (9/6/2025). 

Cuitan Viral Dedy Sebut Jokowi Penuhi Syarat sebagai Nabi

Diketahui, sebelumnya cuitan Dedy yang menyebut Jokowi sudah memenuhi syarat sebagai nabi beredar viral di media sosial.

Cuitan tersebut ditulis Dedy saat membalas komentar miring warganet yang menyindir kedekatan Jokowi dengan rakyat pada Selasa (10/6/2025) lalu.

"Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat. Cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum lebar saat bertemu rakyat," demikian bunyi cuitan Dedy.  

"Sementara di dunia lain masih ada saja yang tidak siap dengan realitas bahwa tugas kenegaraan beliau sudah selesai dengan paripurna," lanjutnya, dilansir Tribunnews.com.

Cuitan tersebut pun menuai beragam reaksi, Dedy dianggap berlebihan dalam memberikan pujian kepada Jokowi.

Selanjutnya, Dedy juga sempat membuat penjelasan terkait pernyataannya tersebut.

Menurutnya, tidak semua penyebutan 'nabi' berarti secara literal menerima wahyu dari Tuhan seperti yang dipahami dalam Islam atau Kristen.

Dia juga tak sepakat dengan persepsi bahwa seorang nabi harus menerima wahyu secara langsung dari Tuhan

"Orang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia. Namun, dalam perbincangan filsafat, sastra, dan tafsir sosial, kata nabi juga sering digunakan secara kiasan atau simbolik," ujarnya

Dia pun merasa pernyataannya tersebut tidak salah dan tidak harus disalahkan

"Tidak perlu banyak orang untuk mengawali pemikiran. Banyak ide besar dalam sejarah justru berangkat dari satu orang yang melihat sesuatu yang orang lain belum lihat. Dulu orang menganggap Nelson Mandela pengacau, sebelum akhirnya disebut pembawa cahaya rekonsiliasi. Mahatma Gandhi dulu dianggap aneh dengan strategi ahimsa, sebelum dunia menyebutnya nabi tanpa senjata. Sifat kenabian tidak harus selalu disematkan oleh massa. Kadang, satu orang yang mampu menjaga integritas, sabar dalam difitnah, tidak membalas kebencian dengan kebencian, dan tetap memimpin dengan ketenangan, jauh lebih mencerminkan karakter kenabian daripada mereka yang sibuk mengaku-ngaku “paling religius," jelasnya.

"Jadi, kalaupun hanya satu orang yang mengatakan Jokowi punya sifat kenabian, itu sah sebagai penilaian pribadi yang berbasis pada nilai-nilai etis, bukan klaim wahyu literal," kata Dedy.

(Tribunnews.com/Rizki A./Galuh Widya W.)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved