Dedi Mulyadi Pimpin Jabar
Guru Tak Boleh Beri PR ke Siswa Lagi, Dedi Mulyadi Sebut Gantinya Bisa Bantu Ortu Cuci Piring-Masak
Pemberian tugas, baik individu maupun kelompok, harus dioptimalkan guru pada saat jam efektif pembelajaran di satuan pendidikan.
Penulis:
Rifqah
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Guru sudah tidak boleh lagi memberikan Pekerjaan Rumah (PR) dalam bentuk tugas tertulis dari setiap mata pelajaran kepada siswa SMA, SMK, dan SLB.
Jadi, pemberian tugas, baik individu maupun kelompok, harus dioptimalkan guru pada saat jam efektif pembelajaran di satuan pendidikan.
Nantinya, aturan tersebut akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran baru 2025/2026 mendatang.
Aturan yang tertuang dalam surat edaran teknis yang ditandatangani Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, Purwanto itu, merupakan tindak lanjut dari Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor: 81/PK.03/DISDIK tentang optimalisasi pembelajaran.
"Tidak membebani peserta didik dengan pemberian tugas pekerjaan rumah (PR) yang bersifat tugas tertulis dari setiap mata pelajaran," ujar Purwanto dalam surat edaran nya, Selasa (10/6/2025), dikutip dari TribunJabar.id.
Lalu, sebagai gantinya, sekolah diminta mengarahkan penugasan kepada kegiatan yang bersifat reflektif dan eksploratif.
"Misalnya melalui pelaksanaan projek pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap keluarga, alam, dan lingkungan sekitar," katanya.
Dalam surat edaran itu juga diatur tentang penugasan akademik yang harus difokuskan untuk penguatan siswa yang belum mencapai kompetensi minimal, dengan ketentuan maksimal 60 persen dari durasi tatap muka.
"Dioptimalkan pelaksanaannya di sekolah melalui pembelajaran remedial," katanya.
Kemudian, di luar jam belajar efektif, peserta didik didorong mengembangkan minat dan bakat, baik di rumah maupun di sekolah.
Pengembangan ini mencakup berbagai bidang, seperti keagamaan, literasi, seni, olahraga, sains, teknologi, kewirausahaan, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Baca juga: Selain Atur Jam Sekolah, Dedi Mulyadi Akan Hapus PR bagi Siswa: Tugas Tak Dibawa Jadi Beban di Rumah
"Dapat dioptimalkan juga untuk pengembangan minat dan bakat peserta didik di antaranya membantu orangtua/wali di rumah serta lingkungan sekitar," ucapnya.
Purwanto mengatakan, kepala cabang dinas pendidikan di setiap wilayah harus segera mensosialisasikan kebijakan ini serta mendampingi satuan pendidikan dalam pelaksanaannya.
"Kepala cabang dinas pendidikan agar menugaskan pendamping satuan pendidikan untuk melaksanakan pemantauan pelaksanaan edaran tersebut dan melaporkannya kepada kepala cabang dinas pendidikan wilayah," ucapnya.
Dedi Mulyadi Sebut Siswa Bisa Bantu Orang Tua Cuci Piring hingga Masak
Mengenai kebijakan penghapusan PR ini, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan, hal tersebut bertujuan untuk menghentikan aktivitas sekolah menjadi dikerjakan di rumah.
"Penghapusan PR itu dimaknai sebagai upaya menghentikan kegiatan aktivitas rutin di sekolah yang dibawa ke rumah," kata Dedi Mulyadi dilansir dari Instagram pribadinya, Selasa.
"Seluruh pembelajaran itu ada jawabannya di buku-bukunya, kemudian dipindahkan menjadi daftar isian," lanjut dia.
Dedi juga mengatakan bahwa pemberian tugas kepada pelajar itu bisa dioptimalkan saat jam pelajaran sekolah.
Dia kemudian mencontohkan sejumlah kegiatan yang bisa menjadi pengganti PR tersebut.
Pekerjaan-pekerjaan itu, kata Dedi, bisa berhubungan dengan keluarga, alam, dan lingkungan sekitarnya.
Di mana, hal tersebut dinilai bisa lebih aktif mengeksplorasi minat dan bakat siswa dengan pekerjaan produktif.
"Misalnya, membantu orang tuanya mencuci piring, mengepel, memasak, menyetrika, kemudian membuat taman di rumah. Itu adalah pekerjaan rumah yang harus mendapat penilaian positif dari gurunya," tuturnya.
Selain itu, pelajar yang memiliki minat di bidang kimia maupun fisika juga bisa menjernihkan air bekas mengepel di rumah dengan bahan-bahan kimia ramah lingkungan, sehingga hasilnya bisa digunakan untuk keperluan lain.
"Nah, kemudian anak-anak berkelompok membuat keterampilan, misalnya berkelompok dalam les bahasa Inggris. Mereka melakukan percakapan dalam bahasa Inggris dalam kelompok di rumahnya. Itu juga bagian dari pembelajaran sekolah PR," katanya.
"Kemudian, berkarya bermusik dan melahirkan grup musik yang berkualitas untuk membuat karya-karya lagu," ucap Dedi.
Dedi pun menerangkan, banyak hal lain yang bisa pelajar lakukan saat di rumah tanpa adanya beban PR tertulis dari setiap mata pelajaran.
Pria yang akrab disapa KDM itu juga meyakini, pendidikan terbaik adalah yang memberikan banyak pengalaman bagi pelajar, yang akan menjadi modalnya pada masa depan.
"Penghayatan hidup itu pada akhirnya membangun kenyataan hidup. Saya meyakini, orang yang sukses adalah orang yang banyak pengalaman hidupnya," tutur Dedi.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Guru Tak Boleh Kasih PR kepada Siswa SMA/SMK/SLB, Surat Edaran Teknis Sudah Diteken Kepala Dinas
(Tribunnews.com/Rifqah) (TribunJabar.id/Nazmi/Rheina)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.