Selasa, 7 Oktober 2025

Cerita Umar Patek: Dulu Rakit Bom, Kini Jadi Barista, Ramu Kopi Pakai Resep Ibunda

Umar Patek telah berubah 180 derajat setelah bebas bersyarat. Dulu dirinya yang dikenal sebagai teroris, kini telah menjadi barista kopi.

Tribun Jatim/Nurika Anisa
UMAR PATEK BIKIN KOPI - Umar Patek atau pemilik nama asli Hisyam bin Alizein meramu kopi di Hedon Estate, Selasa (3/5/2025). Kesibukannya mendalami kopi ini telah berlangsung sekitar dua tahun, sejak pertemuannya dengan pengusaha Surabaya deg David Andreasmito hingga menghasilkan kolaborasi eksklusif untuk tiga jenis kopi racikan eks napi teroris tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM - Hisyam bin Alizein alias Umar Patek (59) kini tampil berbeda setelah dinyatakan bebas bersyarat pada 7 Desember 2022.

Diketahui, dirinya merupakan pelaku terorisme bom Bali I yang terjadi pada 2002 silam.

Bahkan, saat masih berstatus sebagai buronan paling dicari, kepala Umar Patek dihargai 1 juta dolar AS.

Adapun dalam peristiwa Bom Bali I, dirinya berperan sebagai perakit bom. Hal ini diketahui dalam dakwaan jaksa berdasarkan pemberitaan Harian Kompas pada 14 Februari 2012.

Secara lebih detil, dia diminta untuk membuat dan mencampur sejumlah bahan peledak dengan total berat 700 kilogram.

Tak cuma bom konvensional, pria kelahiran tahun 1970 itu disuruh oleh gembong teroris asal Malaysia yang akhirnya tewas, Dr Azhari, untuk membuat bom rompi.

Setelah divonis 20 tahun dan dinyatakan bebas bersyarat, Umar telah berubah 180 derajat.

Kini, dirinya berprofesi sebagai peracik kopi atau yang lebih dikenal dengan barista di Hedon State, Surabaya, Jawa Timur.

Ketika bertemu jurnalis Tribun Jatim, Umar tengah meramu dan memadatkan bubuk kopi menggunakan tamper untuk secangkir espresso.

Baca juga: Pelaku Bom Bali Umar Patek Hirup Udara Bebas

Saat menghidangkan kopi racikannya tersebut, dirinya melempar senyum.

Dari Rakit Bom ke Ramu Kopi

Adapun Umar bisa bekerja sebagai barista karena berkolaborasi dengan Hedon State Kitchen Lounge milik David Andreasmito.

Tak cuma menu dari pihak pemilik, Umar juga membuat kopi yang berasal dari resep racikan sang ibu.

Adapun kopi yang disajikan tersebut menggabungkan aroma dan rasa pahit dari kopi dengan rempah khas Indonesia.

"Saya sejak kecil sudah terbiasa minum kopi, jadi terbiasa dengan itu. Sehari-hari minum kopi apalagi kopi rempah yang meracik sendiri," ungkapnya.

Umar pun kini semakin terpacu untuk meningkatkan kemampuannya dalam meracik kopi.

"Kopi saya mulai kopi rempah, kalau kopi arabika yang saya ramu itu memunculkan taste macam-macam, ada rasa cokelat, kacang, dan lain-lain."

"Kopi rempah itu saya ramu dengan bahan-bahan rempah Indonesia, warisan resep ibu saya dan menghasilkan aroma dan rasa yang bisa dicoba," cerita Umar.

Umar mengakui, meski sejak kecil sudah terbiasa meminum kopi, dirinya baru menemukan hasrat untuk di dunia kopi sejak dua tahun ke belakang.

Hal tersebut lantaran dirinya berulang kali gagal dalam mencari pekerjaan setelah bebas bersyarat.

Penyebabnya tentu stigma yang melekat pada Umar sebagai seorang mantan narapidana teroris (napiter).

Kini, keinginan Umar tidak muluk-muluk yaitu hanya ingin diterima masyarakat sebagai seorang barista.

"Sementara saya tidak muluk-muluk, sebagaimana bisa diterima di pulau jawa ini dan bagaimana merambah ke tingkat nasional," ungkapnya.

'Kopi Langkah Awal untuk Bangkit'

Umar Patek Jadi Barista
UMAR PATEK MERAMU KOPI - Umar Patek tengah meramu kopi di Hedon Estate Surabaya di sela peluncuran Kopi Ramu 1966, Selasa (3/5/2025). Ramu sendiri diambil dari namanya Umar, sebuah usaha yang dirintisnya bersama Hedon Estate Surabaya maupun Banyuwangi.

Umar pun meyakini saat ini kopi bukanlah sekedar minuman semata, tetapi menjadi awal baginya untuk bangkit.

Lewat kopi, dia bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Umar pun tidak pernah menyangkal masa lalunya sebagai seorang teroris. Namun, kini, dia berharap lewat pilihannya sebagai barista sebagai simbol perubahan.

"Rasa pahit itu dulu menghancurkan, sekarang pahit ini menyembuhkan. Ini bukan sekadar kopi tetapi perubahan, tentang memilih hidup baru," ungkapnya.

Adapun lewat kerja sama dengan Hedon State, Umar membuka kafe bernama Ramu 1966.

Di sisi lain, David berharap lewat kafe Ramu 1966, Umar Patek dapat membalas kebaikan dan menerima kemampuan orang lain dan sukses dengan banyak karyawan.

Ke depannya kolaborasi ini akan diperluas dengan membangun koneksi dengan warung kopi, kafe-kafe dan menjangkau lebih banyak penyuka kopi di Indonesia.

"Keseharian saya, kondisi apapun saya menolong orang. kebetulan saya menolong satu umar patek, harapan saya nanti umar patek bisa menolong para penyintas yang jadi korban," ungkapnya.

Kopi Bertamu yang Mengubah Segalanya

Titik awal pertemuan Umar Patek dan David Andreasmito adalah saat dua bulan setelah Umar dinyatakan bebas bersyarat.

Pada momen tersebut, David bertanya ke Umar Patek terkait pekerjaan yang dilakukan setelah bebas.

Umar pun menjawab belum memiliki pekerjaan. Setelah itu, dirinya pun menyuguhkan kopi dan berujung disukai oleh David.

"Saya bertemu dengan dokter David, pertanyaan yang masih ingat pertama kali 'kerja apa sekarang?'. Saya bilang saya tidak punya kerja."

"Keahlian apa yang kamu miliki? Saya bilang saya tidak punya keahlian. Sampai akhirnya beliau datang ke rumah saya, saya suguhi kopi dan beliau merasa suka," ujar Umar Patek.

Kendati langsung ditawari kerja sama oleh David, Umar mengaku sempat menolaknya,

Pasalnya, dia khawatir label sebagai mantan napiter yang melekat padanya memengaruhi bisnis dari David.

"Saya waktu itu terus menolak, saya berpikir waktu itu efeknya bisa ke bisnisnya dokter David."

"Dengan menerima saya, saya sempat khawatir risiko karena saya yang statusnya sebagai mantan teroris. Namun kemudian, saya mencoba dan bersepakat," ungkapnya.

Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jatim dengan judul "Kopi Ramu 1966 : dari Secangkir Kopi Rempah di Rumah, Umar Patek Pertahankan Resep Racikan Ibu"

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jatim/Nur Ika Anisa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved