Selasa, 7 Oktober 2025

Dies Natalis ke-67 ISKA, Ketua KWI Ajak Anggotanya Jadi Agen Pembawa Harapan di Tengah Disinformasi

Misa Syukur ini berlangsung secara khidmat dan teduh. Dimana, seluruh tamu undangan yang hadir mengikuti Misa sejak awal hingga akhir.

Yuda/Tribunnews
DIES NATALIS ISKA - Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Monsinyur (Mgr) Antonius Subianto Bunjamin O.S.C. dalam acara Dies Natalis ke-67 ISKA di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta, pada Sabtu (31/5/2025) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memperingati Dies Natalis ke-67, Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), menyelenggarakan kegiatan Misa Syukur di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta, pada Sabtu (31/5/2025) malam. 

Kegiatan ini merupakan puncak perayaan 67 tahun kiprah ISKA sebagai organisasi kader intelektual Katolik di Indonesia.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Monsinyur (Mgr) Antonius Subianto Bunjamin O.S.C. memimpin langsung Misa Syukur yang dihadiri oleh sejumlah anggota ISKA dari berbagai daerah.

Misa Syukur ini berlangsung secara khidmat dan teduh. Dimana, seluruh tamu undangan yang hadir mengikuti Misa sejak awal hingga akhir.

Baca juga: Jadwal Misa Peringatan Kenaikan Yesus Kristus 2025 di Gereja Katedral Jakarta

Acara puncak pun diisi dengan sambutan dari Ketua Presidium Pusat ISKA Luky A. Yusgiantoro dan orasi ilmiah bertema ‘Berkarya, Mengabdi, dan Mewujudkan Harapan dalam Kesetaraan’.

Luky mengatakan peryataan Dies Natalis ke-67 ISKA ini merupakan usia yang makin matang dari dewasa.

“Seharusnya semakin menunjukkan dharma bhakti dalam menjalankan tugas dan panggil dalam karya-karya kemasyarakatan secara organisatoris,” kata Luky dalam sambutannya.

Terlihat hadir dalam acara itu Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama Suparman, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Nasional KEK, Rizal Edwin Manansang dan jajaran Dewan Penasehat ISKA.

Luky pun mengungkapkan makna tema Berkarya, Mengabdi, dan Mewujudkan Harapan dalam Kesetaraan’ dalam peringatan Dies Natalis ke-67 ISKA.

Dia menegaskan, bahwa tema ini bukan hanya sebuah slogan, dalam dunia yang masih dipenuhi dengan ketimpangan sosial, ketidaksetaraan akses pendidikan, diskriminasi gender dan identitas, serta ketimpangan ekonomi.

Menurutnya, sebagai Sarjana di Indonesia tidak boleh tinggal diam dalam melihat fenoma yang terjadi saat ini. Apalagi khususnya dengan perekonomian yang semakin tidak pasti.

“Tentunya kita berharap bahwa perekonomian kita tetap bisa terus berjalan dan berkembang untuk masa depan bangsa dan negara,” ujarnya.

“Kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, berperan aktif dalam menumbuhkan budaya inklusif, membela yang lemah dan memperjuangkan keadilan sosial di semua lingkungan kehidupan,” sambung dia.

Pertama, kata Luky, tema soal Berkarya memiliki makna suatu proses atau kebiatan untuk menciptakan nilai melalui keilmuan dan kreativitas. 

Kedua,  adalah mengabdi. Yakni mengabdi berarti memberikan diri untuk melayani dan membantu untuk kepentingan yang lebih luas. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved