Praktisi Pendidikan Nilai Generasi Muda Harus Pahami Jati Diri Sebelum Kuasai Keterampilan
Pendekatan pendidikan yang penuh kasih sayang mendorong anak-anak untuk bertanya, mengeksplorasi ide, dan belajar melalui kesalahan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktisi Pendidikan, Nora Bawazier, menilai ada perbedaan antara metode pendidikan bergaya militer dan bergaya afektif atau mengedepankan kasih sayang. Menurut Direktur Rote Hospitality Academy itu, pendidikan bergaya militer menekankan keteraturan dan ketaatan.
"Aturannya ketat, otoritas bersifat mutlak, dan kesalahan sering kali dibalas dengan hukuman. Sistem seperti ini memang bisa menghasilkan disiplin, tetapi juga dapat melemahkan pemikiran kritis, menekan individualitas, dan menciptakan suasana yang penuh ketakutan, bukan inspirasi," kata Nora kepada wartawan, Minggu (18/5/2025),
Baca juga: Profesor Ratna, Calon Dekan FEB UI yang Menawarkan Penguatan Dana Abadi Pendidikan
Sebaliknya, pendekatan pendidikan yang penuh kasih sayang mendorong anak-anak untuk bertanya, mengeksplorasi ide, dan belajar melalui kesalahan.
"Lingkungan seperti ini membina rasa aman secara emosional, ekspresi pribadi, dan pola pikir berkembang. Kesalahan tidak dihukum, melainkan dijadikan batu loncatan untuk belajar dan bangkit. Anak-anak yang merasa aman untuk penasaran akan tumbuh menjadi pembelajar yang percaya diri—dan pada akhirnya, menjadi pribadi dewasa yang tangguh dan bijak," ujar Nora.
Di Rote Hospitality Academy, Nora meyakini pendekatan yang kedua. Karenanya pengembangan kurikulum terus dilakukan, tidak hanya dalam pelatihan perhotelan, tetapi juga dengan pelajaran pengembangan diri dan aktivitas pembentukan karakter.
"Mereka percaya bahwa ini adalah fondasi utama, karena sebelum seseorang dapat menguasai keterampilan, para siswa yang tak lain adalah generasi muda Indonesia Timur harus terlebih dahulu memahami siapa dirinya, apa yang memotivasinya, dan bagaimana terus maju meski dalam kesulitan," kata dia.
Timnya, dikatakan Nora, telah melihat bagaimana para siswa berkembang dan bersinar dalam lingkungan di mana mereka merasa aman, terlihat, dan didengar—di mana rasa ingin tahu mereka dipupuk dan mereka didorong untuk mencoba hal-hal baru.
"Dalam suasana seperti ini, proses belajar menjadi sebuah petualangan pribadi—bukan sesuatu yang ditakuti, tetapi sesuatu yang dinikmati. Setiap siswa mulai melihat perjalanan belajarnya sebagai kisah yang mereka tulis sendiri, sebuah cerita yang bisa mereka banggakan dan miliki sepenuhnya," katanya
Nora juga menekankan pentingnya membangun mindset bertumbuh, kesadaran diri, tanggung jawab pribadi, dan apa yang disebut sebagai keramahtamahan intuitif, sebuah kemampuan untuk melayani orang lain dengan ketulusan, kepekaan, dan makna.
"Ketika siswa mulai mempercayai kemampuan mereka untuk belajar, beradaptasi, dan tumbuh, mereka akan menghadapi tantangan bukan dengan rasa takut, tetapi dengan antusiasme. Mereka menjadi pembelajar yang tangguh, berani mencoba, jatuh, dan bangkit kembali” ujar Nora.
Tidak hanya mengajarkan nilai-nilai, para pendidik juga memberi teladan nyata. Sehingga ketika dihadapkan pada tantangan para siswa dapat kembali mengingat apa yang diajarkan.
"Komitmen inilah yang memberi energi dan harapan kami untuk dapat menjadi bagian dari perubahan dan meningkatkan kehidupan, satu angkatan demi satu, satu hati demi satu," kata dia.
Baca juga: Ratusan Guru Besar FKUI Nyatakan Sikap Kecewa ke Menkes Soal Pendidikan Dokter dan Kesehatan
"Pendidikan seharusnya bukan soal kendali, tetapi soal hubungan. Bukan tentang membungkam anak, tetapi tentang mendengarkan mereka, membantu mereka menemukan suara, jalan, dan kekuatan mereka sendiri," kata Nora lagi.
Dia berpandangan lingkungan yang dibangun dengan kepercayaan dan dukungan akan menumbuhkan individu yang mandiri dan percaya diri, yang tumbuh menjadi dewasa yang penuh kasih, tangguh, dan mampu membimbing generasi berikutnya dengan kebijaksanaan.
Pada akhirnya, menurutnya, pendidikan bukan sekadar tentang mentransfer pengetahuan. Pendidikan adalah tentang membentuk manusia yang utuh, sadar, dan siap memberikan kontribusi berarti bagi dunia.
“Kita harus bertanya pada diri sendiri: masa depan seperti apa yang ingin kita ciptakan? Masa depan yang dibentuk oleh ketakutan dan ketaatan, atau masa depan yang diinspirasi oleh cinta, keberanian, dan rasa ingin tahu?Jawabannya terletak pada bagaimana kita memilih untuk mengajar, bukan dengan paksaan, tetapi dengan cahaya,” pungkas Nora.
Perludem: KPU Dalang Utama yang Sebabkan 211 Anggota DPR RI Tidak Cantumkan Riwayat Pendidikan |
![]() |
---|
Jadi Syarat Baru SNBP 2026, Pendaftar Program Tes Kemampuan Akademik Mencapai 3,5 Juta Siswa |
![]() |
---|
World Clean Up Day 2025, Budi Luhur Cakti Dorong Budaya Peduli Lingkungan Bebas Sampah |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Pendidikan Pancasila Kelas 5 SD Kurikulum Merdeka Halaman 134: Praktik Berpancasila |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Pendidikan Pancasila Kelas 5 SD Kurikulum Merdeka Hal 132: Karakteristik Wilayah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.