Selasa, 7 Oktober 2025

Pengamat Soroti Gaya Komunikasi Menkes Budi Gunadi: Tak Perlu Jadi Pananormal Bahkan Ramal Kematian

Kontroversi Menkes Budi Gunadi Sadikin ini, kata Hendri, jelas menambah daftar tantangan komunikasi publik yang dihadapi pemerintahan Prabowo.

Tribunnews.com/ Chaerul Umam
GAYA KOMUNIKASI MENKES - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio menilai pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang mengaitkan ukuran celana jeans 33-34 dengan obesitas dan risiko kematian lebih cepat secara komunikasi publik itu tidak tepat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio menilai pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang mengaitkan ukuran celana jeans 33-34 dengan obesitas dan risiko kematian lebih cepat secara komunikasi publik itu tidak tepat.

"Pak Menkes ini kan sekarang jadi makhluk politik, maka setiap kali statementnya itu ada kaitannya dengan politik pastinya. Jadi pada saat dia mengatakan ukuran 33-34 itu lebih cepat menghadap Allah SWT, maka yang langsung kepikiran, loh ini ditujukan kepada siapa? Apakah ditujukan untuk tokoh politik juga?" ujar Hendri, Jumat (16/5/2025).

Baca juga: Viral Pernyataan Pria Pakai Celana Ukuran 33-34 Lebih Cepat Menghadap Allah, Menkes Beri Klarifikasi

Menurutnya kasus Budi Gunadi Sadikin itu menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam berkomunikasi, terutama sebagai pejabat publik.

"Sebagai Menteri Kesehatan, ya sudah, fokus saja menjalani fungsi sebagai Menteri Kesehatan, tidak menjadi paranormal, bahkan meramal kematian seseorang," tegasnya.

Baca juga: Menkes: Jumlah Peserta Cek Kesehatan Gratis Sudah di Atas Jumlah Penerima MBG

Lebih lanjut, ia menilai bahwa pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto kerap menghadapi kontroversi akibat penyampaian pesan atau komunikasi publik yang tidak tepat.

“Lagi-lagi ini kasus soal komunikasi publik dan sering sekali saya sampaikan tentang ini. Pemerintahannya Pak Prabowo nih, sering sekali menghadapi kontroversi-kontroversi gara-gara komunikasi," katanya.

Kontroversi Menkes Budi Gunadi Sadikin ini, kata Hendri, jelas menambah daftar tantangan komunikasi publik yang dihadapi pemerintahan Prabowo.

Hendri pun menyarankan agar pejabat lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan agar tidak memicu salah tafsir atau polemik di masyarakat.

“Pak Prabowo sudah berpesan bahwa komunikasi publik para pejabat ini harus diperbaiki, maka seharusnya ini sudah tidak terulang lagi dan para pejabat pun harus hati-hati akan potensi slip of tongue karena publik saat ini semakin cerdas,” pungkas Hendri.

Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kembali mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan seiring meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia. 

“Jagalah tubuh tetap sehat, jangan sampai sakit,” kata Budi dilansir dari website resmi Kementerian Kesehatan, Sabtu (20/7/2024). 

Budi menjelaskan, sejumlah penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan kanker masih mendominasi penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. 

Penyakit tersebut adalah penyakit kronis yang terjadi dalam waktu lama serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Budi pun mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan rutin melakukan cek kesehatan minimal 1 tahun sekali. 

Baca juga: Menkes Bakal Susun Regulasi Dokter Umum Boleh Lakukan Operasi Caesar, Ini Alasannya

Hal ini untuk mengetahui riwayat kesehatan diri, sehingga bila ditemukan gangguan kesehatan dapat diketahui sejak awal dan dapat segera ditangani.

“Kalau itu dideteksi lebih dini 5 tahun sebelumnya, bisa dihindari sejak awal, jadi dia tidak akan kena stroke, tidak akan meninggal, umurnya akan panjang,” ujarnya.

Kegiatan pemeriksaan kesehatan dasar untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut meliputi pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol. 

Jika hasilnya tidak sesuai, harus segera berobat ke puskesmas.

“Kalau di atas batas normal jangan panik, cepat datang ke Puskesmas, dikasih obat gratis, benar-benar gratis,” tutur Budi.

Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, yakni cek lingkar perut atau Indeks Masa Tubuh (IMT). 

Batas aman lingkar perut pria 90 cm, sementara untuk wanita 80 cm. 

Jika melebihi batas, harus segera dikontrol. Sebab, lemak perut bila berlebihan akan memicu masalah kesehatan yang serius seperti serangan jantung.

“Paling mudah dilihat dari ukuran celana, kalau lebih dari 34 sudah obesitas, kalau 31-32 masih boleh,” imbuhnya.

Budi juga menyampaikan bahwa masyarakat sehat berkaitan erat dengan visi Indonesia maju pada 2045. 

Saat itu, Indonesia diperkirakan menjadi negara maju, dengan salah satu kriterianya adalah pendapatan per kapita penduduk Indonesia mencapai Rp 15 juta per bulan. 

Agar cita-cita tersebut terwujud, seluruh penduduk harus sehat.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved