Minggu, 5 Oktober 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Dapur MBG Sekolah Bosowa Dinonaktifkan setelah 223 Siswa dan Guru Keracunan di Kota Bogor

Dapur MBG Sekolah Bosowa Bina Insani Kota Bogor bakal dinonaktifkan sampai semua hal selesai termasuk perbaikan standar operasional (SOP).

Penulis: Rifqah
Istimewa
KASUS KERACUNAN MBG - Foto Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto bersama dengan tokoh filantropi dunia sekaligus pendiri Gates Foundation Bill Gates saat meninjau program makan bergizi gratis (MBG) di SDN Jati 03, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (07/05/2025). Dapur MBG Sekolah Bosowa Bina Insani Kota Bogor bakal dinonaktifkan sampai semua hal selesai termasuk perbaikan standar operasional (SOP). 

TRIBUNNEWS.COM - Keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) terbaru terjadi di Kota Bogor, Jawa Barat, bahkan korbannya hingga saat ini terus bertambah.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes), korban keracunan menjadi 223 orang.

Kadinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, mengatakan penambahan itu terjadi pada hari kemarin Senin (12/5/2025).

Tercatat ada sembilan orang yang terindikasi keracunan MBG.

"Secara kumulatif, total korban yang tercatat sebanyak 223 orang, dengan rincian 45 orang menjalani rawat inap, 49 orang menjalani rawat jalan, dan 129 orang mengalami keluhan ringan," kata Retno dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/5/2025), dikutip dari TribunnewsBogor.com.

Adapun, MBG di Kota Bogor itu dimasak di dapur Sekolah Bosowa Bina Insani Kota Bogor.

Atas kejadian ini, Badan Gizi Nasional (BGN) pun akhirnya menonaktifkan dapur MBG Sekolah Bosowa Bina Insani, Kota Bogor.

"Sementara non aktif untuk evaluasi mendasar," kata Kepala BGN, Dadan Hindayana, saat dihubungi TribunnewsBogor.com, Rabu (14/5/2025).

13 Sekolah Tak Dapat MBG untuk Sementara Waktu

Sebanyak 13 sekolah lainnya yang dilayani oleh dapur Bosowa, dipastikan juga tidak akan mendapatkan MBG sementara waktu.

Penonaktifan ini, sambung Dadan, sampai semua hal selesai termasuk perbaikan standar operasional (SOP).

"Sampai semua saran upgrading sesuai SOP dipenuhi," ujarnya.

Baca juga: Daripada Asuransi, DPR Lebih Setuju Pemerintah Maksimalkan BPJS Kesehatan untuk Korban Keracunan MBG

Untuk diketahui, korban keracunan MBG di Kota Bogor itu berasal dari sembilan sekolah di Kota Bogor, berikut daftarnya:

  1. TK Bina Insani: 28 orang
  2. SD Bina Insani: 13 orang
  3. SMP Bina Insani: 96 orang
  4. SMA Bina Insani: 1 orang
  5. SDN Kukupu 3: 8 orang
  6. SDN Kedung Waringin: 7 orang
  7. SMP Bina Greha: 8 orang
  8. SDN Kedung Jaya 1: 16 orang
  9. SDN Kedung Jaya 2: 46 orang

Menu MBG Mengandung Bakteri

Sebelumnya, berdasarkan hasil uji laboratorium sampel makanan MBG, diduga penyebab keracunan 213 orang di Kota Bogor karena dua menu makanan ternyata mengandung bakteri.

Dua bakteri itu didapati pada makanan telur ceplok saus barbeque dan tumis tahu tauge.

Telur itu dimasak pada malam hari dan didistribusikan kepada siswa pada siang hari.

Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, mengatakan bakteri yang terkandung dalam dua makanan itu bakteri E. Coli dan Salmonella.

Bakteri E. Coli dan Salmonella ini didapat dari dua jenis makanan yang disajikan, hingga akhirnya menyebabkan 213 siswa mengalami gejala keracunan mulai dari muntah-muntah sampai diare.

"Dari hasil pemeriksaan Lab kurang lebih hampir 4 hari terakhir hasilnya menunjukan beberapa bahan itu mengandung Bakteri Coli dan Salmonella," kata Dedie Rachim kepada TribunnewsBogor.com di Rumah Dinas Wali Kota Bogor, Senin (12/5/2025).

Kepala BGN Minta Waktu Penyajian MBG Dipersingkat dan Segera Dikonsumsi

Buntut kasus keracunan MBG tersebut, BGN akan memangkas waktu penyajian dan pengiriman MBG agar makanan bisa langsung dikonsumsi oleh para penerima manfaat.

Dadan mengatakan, pengetatan prosedur tersebut akan segera dilakukan, agar mencegah adanya kasus serupa.

"Kita ingin lebih selektif di dalam pemilihan bahan baku. Kemudian kita akan memendekkan waktu processing antara penyiapan dan processing," kata Dadan usai berdiskusi dengan perwakilan Ombudsman RI di gedung Ombudsman RI, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Rabu.

Dadan mengatakan, nantinya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) akan dituntut untuk mempersingkat waktu memasak. 

Selain itu, mekanisme pengiriman menuju penerima manfaat juga akan diperketat atau dipersingkat.

"Beberapa SPPG karena yang baru-baru masih butuh waktu lama memasak, kita akan persingkat waktunya. Kemudian pada saat pengiriman pun kita akan perketat mekanismenya," jelasnya.

Tak hanya itu saja, mekanisme waktu konsumsi makanan nanti juga akan diperketat, dengan cara segera mengonsumsi MBG saat sudah dikirimkan.

"Karena ada kejadian, delivery-nya tepat waktu, tapi karena ada kegiatan di sekolah, makannya agar terlambat, sehingga makanan terlalu lama disimpan," ungkapnya.

Meski begitu, dia juga menyadari adanya siswa yang kerap membawa makanan itu pulang. Namun, dia menyarankan agar segera dikonsumsi, untuk menghindari keracunan lantaran makanan punya batas waktu konsumsi.

"Ini mungkin yang supaya kita harus perketat supaya tidak terjadi (keracunan) karena masakan ini kan ada batas waktu konsumsi," tandas Dadan.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Sikap BGN Pasca 223 Siswa dan Guru Keracunan MBG di Kota Bogor, Dapur Sekolah Bosowa Dinonaktifkan

(Tribunnews.com/Rifqah/Fransiskus Adhiyuda) (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved