Sabtu, 4 Oktober 2025

Hari Raya Waisak

Tradisi Pelepasan Lampion di Hari Raya Waisak, Ini Makna dan Filosofinya

Di Indonesia, salah satu tradisi paling ikonik dalam perayaan Waisak adalah pelepasan lampion ke langit malam.

Tribun Video/ Aprilia Saraswati
Peserta Festival Lampion Waisak menyalakan lampion, Candi Borobudur, Kamis 923/5/2024). Di Indonesia, salah satu tradisi paling ikonik dalam perayaan Waisak adalah pelepasan lampion ke langit malam. 

TRIBUNNEWS.COM - Setiap tahun, Hari Raya Waisak menjadi momen suci yang dinanti umat Buddha di seluruh dunia.

Tahun ini, Hari Raya Waisak jatuh pada hari Senin, 12 Mei 2025.

Di Indonesia, salah satu tradisi paling ikonik dalam perayaan Waisak adalah pelepasan lampion ke langit malam yang biasanya digelar di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. 

Tak hanya menakjubkan secara visual, pelepasan lampion menyimpan makna dan filosofi yang mendalam dalam ajaran Buddha.

Makna Pelepasan Lampion di Hari Raya Waisak

1. Simbol Pencerahan dan Harapan

Lampion melambangkan cahaya pencerahan, yaitu kondisi batin yang tercerahkan dari kegelapan, kemelekatan, dan kemarahan. 

Dalam ajaran Buddha, ini bermakna bahwa kebijaksanaan (prajna) mampu menghapus kebodohan batin (awidya), yang menjadi akar penderitaan manusia.

Saat lampion dilepaskan, umat memanjatkan doa dan harapan agar semua makhluk hidup dapat memperoleh kebahagiaan, keselamatan, dan tercerahkan dalam jalan kebaikan.

2. Melepaskan Beban dan Kesedihan, Tanamkan Kebaikan

Tradisi ini juga menjadi momen reflektif bagi umat Buddha. 

Melepaskan lampion berarti juga melepaskan kesedihan, beban batin, dan energi negatif. 

Dalam filosofi Buddhis, melepaskan lampion juga dapat dimaknai sebagai simbol pelepasan karma buruk dan pembaruan diri. Umat memohon pencerahan dan memantapkan niat untuk menempuh Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga).

Baca juga: Rundown Festival Lampion Waisak di Borobudur 12 Mei 2025, Catat Jamnya

Cahaya lampion membawa harapan baru dan menjadi simbol kebebasan dari penderitaan. 

Dengan menerbangkan lampion, umat secara simbolis meninggalkan hal-hal buruk dalam hidup dan membuka diri untuk kehidupan yang lebih damai dan penuh kasih sayang.

3. Doa untuk Kedamaian Dunia

Pelepasan lampion bukan sekadar ritual pribadi, tetapi juga ungkapan doa kolektif untuk perdamaian dunia.

Dalam suasana hening dan sakral, ribuan lampion yang mengapung di langit menjadi simbol semangat bersama untuk menyebarkan cinta kasih universal, toleransi, dan harmoni antarumat manusia.

Pelepasan Lampion di Borobudur

Setiap perayaan Hari Raya Waisak di Indonesia selalu ditandai dengan momen yang paling dinantikan yaitu pelepasan ribuan lampion di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Tradisi ini bukan hanya menjadi daya tarik wisata spiritual, tetapi juga merupakan bagian penting dari rangkaian peribadatan Hari Tri Suci Waisak bagi umat Buddha.

Acara ini terbuka untuk umum, dan biasanya diadakan dengan sistem donasi untuk penerbangan lampion.

Peserta yang mengikuti penerbangan lampion di Borobudur harus menggunakan pakaian serba putih.

Bagian dari Rangkaian Waisak Nasional

Pelepasan lampion di Borobudur biasanya dilakukan setelah prosesi utama Hari Raya Waisak selesai, yaitu:

  • Pengambilan Api Dharma dari Mrapen
  • Pengambilan Air Berkah dari Umbul Jumprit
  • Kirab Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur
  • Detik-detik Waisak (yang menandai bulan purnama)
  • Pradaksina, yaitu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali searah jarum jam
  • Setelah itu, lampion-lampion dilepaskan ke langit malam sebagai penutup spiritual dan simbolis yang sangat bermakna.

(Tribunnews.com/Farrah)

Artikel Lain Terkait Festival Lampion Waisak

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved