Minggu, 5 Oktober 2025

Wajib Militer Bagi Pelajar Nakal

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Temui Menteri HAM, Bahas Kebijakan Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menemui Menteri Hak Asasi Manusia (MenHAM), Natalius Pigai, Kamis (8/5/3025).

Tribunnews.com/Alfarizy
DEDI MULYADI TEMUI MENHAM - Dedi Mulyadi mendatangi Kantor KemenHAM, di Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2025). Dedi dijadwalkan berdialog dengan Menteri HAM soal kebijakannya mengirim siswa nakal ke barak militer. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menemui Menteri Hak Asasi Manusia (MenHAM), Natalius Pigai, Kamis (8/5/3025).

Gubernur yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu tiba di kantor KemenHAM di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, sekira pukul 15.35 WIB.

Dedi datang dengan pakaian khasnya. Mulai dari sepatu sampai tetopong yang digunakan berwarna putih.

Setibanya di lokasi, Dedi pun sempat terkejut saat melihat banyak pewarta yang sudah menunggu di lobby. 

Dia langsung menuju lantai atas untuk berdialog dengan Menteri HAM, Natalius Pigai.

Fokus pada diskusi dengan Menteri HAM Kali ini adalah seputar kebijakan Dedi Mulyadi soal pengiriman siswa 'nakal' ke barak militer.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, telah menggulirkan kebijakan mengirim siswa bermasalah ke barak militer, mulai 2 Mei 2025.

Pelajar yang dikirim ke barak militer antara lain karena terlibat tawuran, merokok di lingkungan sekolah, hingga menyalahgunakan narkoba. 

Mereka dikirim ke barak atas izin orang tua dan akan menjalani pendidikan paling cepat dua pekan, sampai enam bulan.

Kebijakan tersebut pun menuai sorotan publik, termasuk Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Zainal Arifin.

Zainal khawatir kebijakan itu berdampak pada penegakan hak asasi manusia hingga mempersempit ruang supremasi sipil.

"Misalkan seperti yang terjadi di Jawa Barat, anak-anak dimasukkan ke barak militer. Ini tentu saja sangat merusak sekali sistem demokrasi kita, iklim demokrasi kita yang nantinya akan berakibat kepada penegakan hak asasi manusia dan kemudian akan mempersempit ruang-ruang supremasi sipil," kata Zainal di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (7/5/2025).

Dia menyoroti kepemimpinan saat ini merupakan bagian untuk mengembalikan kejayaan Orde Baru.

Apalagi adanya usulan untuk memberi gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 Soeharto.

Baca juga: Program Dedi Mulyadi Kirim Anak Bandel ke Barak Disebut Merusak Iklim Demokrasi & Supremasi Sipil

"Tentu kita tidak ingin kembali lagi kepada masa Orde Baru. Seperti hal yang didengungkan hari ini, Presiden Soeharto akan dijadikan pahlawan dan saya rasa ini menjadi bagian skenario besar untuk mengembalikan situasi hari ini kepada situasi-situasi otoriterisme Orde Baru," tutur Zainal.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved