Prabowo Akui Komunikasi Pemerintah Masih Buruk, Wamendagri: Publik Memiliki Harapan Sangat Tinggi
Bima Arya Sugiarto membenarkan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto soal masih buruknya gaya komunikasi pemerintah di 150 hari kerja pertama.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Dalam Negeri RI (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto membenarkan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto soal masih buruknya gaya komunikasi pemerintah di 150 hari kerja pertama.
Kata Bima Arya, pemerintah saat ini memang sedang dihadapi oleh tantangan yang tidak mudah, termasuk soal harapan publik terhadap kinerja pemerintah di lima tahun ke depan ini.
Baca juga: Dedi Mulyadi Ungkap Fakta Pendidikan yang Bikin Prabowo Terkejut: Purwakarta
"Ya memang tantangan pemerintah hari ini enggak mudah. Publik memiliki harapan yang sangat tinggi," kata Bima Arya kepada awak media di Kantor Kemendagri, Selasa (8/4/2025) sore.
Atas hal itu menurut Bima Arya, beberapa pesan yang disampaikan oleh pejabat publik kerap kali tidak mampu ditangkap secara utuh oleh masyarakat.
Tak hanya itu, sebagian besar masyarakat juga kata dia, masih banyak yang perlu diberi pemahaman terkait dengan apa yang sedang, akan, dan sudah dilakukan oleh pemerintah.
Kondisi tersebut yang memang seharusnya bisa dilakukan pemerintah melalui pemberian informasi yang jelas.
"Jadi, memang, tantangan dari semua adalah bagaimana agar publik ini tahu apa yang sudah dilakukan, apa yang akan dilakukan, dan belum dilakukan," kata Bima Arya.
Guna mengantisipasi hal demikian, Politikus PAN tersebut lantas menyatakan, Presiden Prabowo sejauh ini sejatinya terus memberikan masukan agar kabinetnya bisa berbicara secara cakap dan tepat.
Baca juga: Diwawancarai 7 Jurnalis Senior, Presiden Prabowo Dinilai Tak Antikritik
Dirinya menyebut, penggunaan diksi yang baik menjadi faktor utama bagi jajaran di kabinet Merah Putih yang ditekankan oleh Prabowo.
Pasalnya, kesalahan penggunaan diksi bisa berpengaruh pada tafsiran publik menerima pesan yang dimaksud oleh pemerintah.
"Jadi, Presiden memang memberikan penyemangat dan motivasi agar seluruh anggota kabinet terus menyampaikan informasi yang tepat dan akurat atas semua kegiatan-kegiatannya, dan juga berhati-hati dalam menggunakan diksi," tutur dia.

"Penggunaan diksi ini juga hati-hati karena bisa menimbulkan tafsiran-tafsiran berbeda," tandas Bima Arya.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto mengakui bahwa saat ini masih ada masalah dalam komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, mantan Danjen Kopassus itu enggan menyalahkan pihak manapun.
"Saya kemarin saya sadar beberapa minggu lalu, bahwa komunikasi dari pemerintah yang saya pimpin memang agak kurang. Dan itu adalah tanggung jawab saya," ujar Prabowo dalam sambutannya acara Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta Pusat, Selasa (8/4/2025).
Mantan Menteri Pertahanan RI itu mengaku pihaknya memiliki alasan sendiri mengapa tidak mau banyak muncul menjelaskan kinerja pemerintah. Sebab, dia ingin lebih mengedepankan filosofi evidence based performance.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.