Selasa, 7 Oktober 2025

Tokoh Agama dan Diplomat Hadiri Peringatan World Interfaith Harmony Week di Jakarta

Ketua DPD RI, Sultan Baktiar Najamudin mengatakan, perayaan ini untuk mempererat kerukunan antarumat beragama

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Wahyu Aji
Handout/IST
PERKUAT SOLIDARITAS KEMANUSIAAN - Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) dan DPD RI menggelar perayaan dua resolusi PBB, yaitu World Interfaith Harmony Week (WIHW) dan International Day for Human Fraternity (IDHF) di Jakarta, Minggu (9/2/2025). Kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh agama, diplomat, dan pemimpin organisasi lintas iman. 

"Meskipun Indonesia adalah negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, kita bukan negara Islam. Indonesia bukan negara agama, tetapi negara bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan keadilan sosial," tegasnya.

Dia mengutip ayat suci Al-Qur’an dan kitab Injil sebagai pedoman dalam membangun persaudaraan. "Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman 'Innallaha ya’murukum bil Adli wal Ihsan' (Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan).

Sedangkan dalam Injil disebutkan, 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri' (Matius 22:39). Ajaran ini menjadi dasar bagi kita untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," jelasnya.

Dia juga mengutip pernyataan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, bahwa siapa pun yang memeluk agama tertentu tetap harus mempertahankan identitas kebangsaan dan budaya Nusantara.

"Bung Karno pernah berkata, ‘Kalau percaya Hindu, jangan jadi orang India. Kalau memeluk Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau memeluk Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat-budaya Nusantara yang kaya raya ini’," ujarnya.

Menurutnya, Pancasila mengandung misi perdamaian dan kemakmuran universal, di mana toleransi dan gotong royong menjadi fondasi utama dalam kehidupan berbangsa.

"Tanpa toleransi dan kolaborasi, nilai-nilai Pancasila akan kehilangan maknanya," tambahnya.

Sebagai bagian dari perayaan ini, acara akan diakhiri dengan pagelaran seni dan budaya lintas agama. Kegiatan ini menjadi simbol bahwa keindahan harmoni dapat terwujud melalui seni, yang merupakan bahasa universal perdamaian.

Di tengah situasi dunia yang masih dipenuhi ketegangan, perayaan ini diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa persaudaraan kemanusiaan adalah kunci untuk membangun dunia yang lebih adil dan damai.

"Dalam suasana geopolitik dunia yang masih mengandalkan kekuatan persenjataan dan eksploitasi ekonomi yang berujung pada pertumpahan darah, kita membutuhkan pegangan moral yang lebih moderat."

"Perdamaian, keadilan, dan kemakmuran hanya dapat terwujud jika setiap negara mampu mengedepankan sikap toleran dan kolaboratif," tutupnya.

Melalui kegiatan ini, para pemimpin bangsa ingin menyampaikan pesan bahwa jika bangsa-bangsa dapat hidup rukun dan saling menghormati, tidak ada alasan untuk bermusuhan dan berkonflik.

Baca juga: Peringati Hari Persaudaraan, Kemenag Terbitkan Edaran Khutbah Bertema Inklusi dan Harmoni Alam

Dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika semangat persatuan menjadi nafas interaksi global.(tribunnews/fin)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved