Senin, 6 Oktober 2025

Ironi, 50 Ribu Liter Susu Dibuang di Boyolali saat Anak-anak Indonesia Butuh Kalsium, Salah Siapa?

Aksi para peternak sapi perah di Boyolali yang membuang susu murni menjadi perhatian publik karena banyak anak-anak Indonesia yang masih membutuhkan

Editor: Nuryanti
TribunSolo.com
Aksi buang susu di Boyolali, Jawa Tengah pada Sabtu (9/11/2024) 

Bahkan, sebagian besar susu hanya menumpuk di tempat usaha dagang (UD) atau koperasi.

Anak-anak Indonesia Butuh Kalsium

Mirisnya, saat ini masih banyak anak-anak di Indonesia yang membutuhkan asupan kalsium dari produk susu.

Mereka kesulitan untuk membeli susu lantaran keterbatasan ekonomi.

Padahal, menurut Studi South East Asian Nutrition Surveys II (SEANUTS II), konsumsi susu saat sarapan pagi hari membantu memenuhi kebutuhan mikronutrien esensial bagi anak-anak.

Penelitian yang dilaksanakan di empat negara Asia Tenggara, SEANUTS II ini dirilis pada 2022.

Peneliti Utama SEANUTS II di Indonesia sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia(UI), Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) menyatakan bahwa SEANUTS mempelajari tantangan pemenuhan gizi anak sebagai faktor penting bagi kesehatan serta tumbuh kembang optimal.

"Dalam SEANUTS II, kami meneliti kebiasaan sarapan yang ternyata berperan besar dalam menyediakan nutrisi penting bagi pertumbuhan anak," ujar Rini di kawasan Menteng, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Rini menambahkan, hanya 32 persen anak usia 2 hingga 12 tahun di Indonesia yang mengkonsumsi sarapan dalam porsi cukup.

Menurut temuan SEANUTS II, sarapan bergizi dan beragam termasuk susu berhubungan erat dengan peningkatan kualitas diet anak. 

"Secara umum, anak-anak yang minum susu saat sarapan memiliki asupan mikronutrien esensial yang lebih tinggi, khususnya Kalsium dan Vitamin D," jelas RIni.

Respons Pemerintah 

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung penuh upaya Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang mewajibkan industri pengolahan susu (IPS) untuk menyerap susu segar dalam negeri (SSDN) dari peternak lokal. 

“Kebijakan ini adalah bentuk dukungan pemerintah terhadap peternak rakyat Indonesia,” ujar Andi Kompas.com, Selasa (12/11/2024).

Andi menjelaskan bahwa saat ini produksi susu segar dalam negeri hanya memenuhi sekitar 20 persen dari total kebutuhan industri pengolahan susu, yang setara dengan sekitar 750.000 ton.

Sebanyak 530.000 ton di antaranya disuplai oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), yang terdiri dari 59 koperasi dan 44.000 peternak.

Alhasil, pemerintah menutupi kekurangan susu sekitar 80 persen dari impor.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved