Senin, 29 September 2025

Banjir Bandang Lahar Dingin di Sumbar

Update Korban Banjir Bandang di Sumbar 15 Mei 2024, Korban Meninggal Bertambah jadi 58 Orang

Jumlah korban meninggal banjir bandang di Sumatra Barat (Sumbar) mencapai 58 orang pada Rabu (15/5/2024), sedangkan 35 orang hilang.

AFP/ADE YUANDHA
Orang-orang berjalan di lumpur menyusul banjir bandang mematikan dan aliran lahar dingin di Tanah Datar, Sumatera Barat, pada 13 Mei 2024. --- Update jumlah korban meninggal banjir bandang di Sumatra Barat (Sumbar) mencapai 58 orang pada Rabu (15/5/2024), sedangkan 35 orang hilang. 

Sebelumnya, BNPB mencatat, korban jiwa yang meninggal dunia akibat bencana banjir bandang di Sumbar mencapai 50 orang, Selasa (14/5/2024).

Diketahui, banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah Sumatera Barat pada Sabtu (11/5/2024) dan Minggu (12/5/2024).

Bencana ini dipicu oleh hujan lebat dan meluapnya aliran sungai yang sebagian besar berhulu di Gunung Marapi.

Banjir diperparah dengan terbawanya material vulkanik dari Gunung Marapi melalui sungai karena hujan lebat di sekitar puncak.

Adapun lima kabupaten/kota di Sumatera Barat yang terdampak banjir lahar, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang.

Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, ketika mengunjungi lokasi pengungsian di Tanah Datar, Sumbar, Rabu pagi, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV.
Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, ketika mengunjungi lokasi pengungsian di Tanah Datar, Sumbar, Rabu pagi, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV. (Tangkap layar kanal YouTube Kompas TV)

Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan banjir lahar hujan yang terjadi di Agam dan Tanah Datar tak hanya disebabkan erupsi Marapi, namun juga dipicu gempa-gempa kecil selama sebulan terakhir.

"Kami menganalisis, penyebab tidak hanya dampak erupsi Marapi, tetapi juga pengaruh getaran gempa," kata Dwikorita, Minggu (12/5/2024) malam.

BMKG mencatat, selama satu bulan terakhir sudah terjadi 35 kali gempa bumi dengan magnitudo M,3 atau kurang.

"Penyebab tidak hanya erupsi, tapi juga pengaruh getaran gempa, karena BMKG juga mendeteksi selama satu bulan terakhir sebelum kejadian bencana ini terjadi terjadi gempa-gempa kecil magnitudo sekitar M 3,0," lanjut Dwikorita.

Adapun menurutnya, gempa-gempa kecil itu bisa meretakkan batuan dan menimbulkan runtuhan batuan atau tanah.

Reruntuhan batuan atau tanah itu terakumulasi dan dibawa air dari puncak Gunung Marapi.

Sementara, menurut Kepala BMKG, banjir bandang atau galodo terjadi karena akumulasi air selama hujan yang tertahan di hulu sungai bagian atas.

Akumulasi yang tertahan itu bisa, disebabkan endapan-endapan longsor atau runtuhan batuan di daerah hulu yang menahan aliran air hujan ke arah hilir.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (kemeja dan rompi cokelat) beserta rombongan meninjau kondisi infrastruktur terdampak banjir dan longsor Lembah Anai,  Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (14/5/2024).
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (kemeja dan rompi cokelat) beserta rombongan meninjau kondisi infrastruktur terdampak banjir dan longsor Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (14/5/2024). (Humas BNPB)

Langkah Penanganan Darurat BNPB

Pemerintah terus berupaya melakukan pencarian dan pertolongan korban jiwa terdampak banjir lahar dingin dan longsor di Sumatra Barat.

Kepala BNPB, Suharyanto, menegaskan langkah penanganan darurat yang diambil pada bencana banjir bandang ini.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan