Senin, 6 Oktober 2025

Dampak Serius Perubahan Iklim Kian Dirasakan Nelayan Kecil dan Tradisional di Seluruh Indonesia

Peringatan Hari Nusantara yang dirayakan setiap tanggal 13 Desember merupakan perwujudan dari Deklarasi Djuanda pada tahun 1957.

Hendra Gunawan/Tribunnews.com
Ilustrasi nelayan. Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan mengatakan, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merasakan dampak yang nyata adanya perubahan iklim yang saat ini sudah kian memburuk. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan menyebut, peringatan Hari Nusantara yang dirayakan setiap tanggal 13 Desember merupakan perwujudan dari Deklarasi Djuanda pada tahun 1957.

Deklarasi Djuanda dianggap sebagai Deklarasi Kemerdekaan Indonesia kedua yang memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945 di tahun 1959 dan pembentukan kementerian.

Peringatan ini adalah bentuk penegasan dan pengingatan bahwa Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia.

Dani pun menjelaskan, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merasakan dampak yang nyata adanya perubahan iklim yang saat ini sudah kian memburuk.

Dampak serius perubahan iklim semakin dirasakan oleh nelayan kecil dan tradisional di seluruh Indonesia.

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI Tahun 2023 dengan tema 'Laut Semakin Ganas: Menanti Solusi Konkrit Perlindungan Nelayan kecil, Masyarakat Pesisir serta Kepulauan dari Perubahan Iklim' dalam peringatan Hari Nusantara 2023.

Melalui kegiatan ini, disuarakan bersama masalah-masalah yang dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir akibat dampak perubahan iklim serta solusi konkrit untuk masyarakat yang terdampak.

“Kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023, dilaksanakan di 35 Kab/Kota, yang dilaksanakan pada tanggal 30 November sampai 9 Desember 2023. Momentum ini juga berbarengan dengan Konferensi Internasional terkait Iklim (COP28) yang diadakan di Dubai," kata Dani di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

"Melalui kesempatan ini, KNTI mengajak untuk bersatu memperjuangkan kehidupan laut yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilalui dengan cara memperkuat jaringan solidaritas, perlindungan dan penguatan Hak Tenurial Nelayan, Memastikan edukasi yang merata, dan Peran Aktif Pemuda dan Perempuan Pesisir dalam pengelolaan perikanan” sambung dia.

Sementara, Ketua Pelaksana Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023, Hendra Wiguna menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi penting dan harus segera dilaksanakan, karena laut semakin memanas.

“Tren pemanasan laut selama beberapa dekade dan kenaikan permukaan laut rata-rata global meningkat tiga kali lipat dalam satu abad terakhir sebagai akibat dari pencairan es dan gletser dalam skala global, sesuai laporan IPCC 2019," ucapnya.

Selain itu, kata.Hendra, laporan FAO tahun 2018 mengatakan perubahan iklim akan menyebabkan perubahan signifikan dalam ketersediaan dan perdagangan produk ikan, yang berpotensi menimbulkan konsekuensi geopolitik dan ekonomi, terutama bagi negara-negara yang paling bergantung pada sektor ini.

"Tak hanya kerugian fisik, laporan BRIN terbaru tahun ini, menyebutkan perubahan iklim juga berpotensi menghilangkan mata pencaharian, sehingga berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia,” jelas Hendra.

Sebagai informasi, kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023 berkolaborasi dengan Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL) dan Institut Hijau Indonesia (IHI) dalam pelaksanaannya.

Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi pertajam jalannya rembuk dan semakin memperkuat basis dalam menggali solusi-solusi dalam menghadapi Perubahan iklim.

Sekilas Tentang Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI)

Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) merupakan organisasi Nelayan kecil dan tradisional terbesar di Indonesia.

Organisasi ini memperjuangkan hak-hak atas perlindungan nelayan tradisional, perempuan pesisir, pembudidaya, pengolah ikan dan petambak garam, serta masyarakat pesisir pada umumnya.

Adapun, Dewan Pengurus Pusat Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia Periode 2022-2027 diantaranya, Ketua Dewan Penasehat, Chalid Muhammad dan anggotanya, Ray Rangkuti, Siti Maemunah, Tajruddin Hasibuan, Nafian Faiz dan M. Adli Abdullah.

Sementara, di jajaran Dewan Pengurus yakni Ketua Umum Dani Setiawan, Wakil Ketua Sugeng Nugroho, Sekretaris Jenderal Iin Rohimin, Wakil Sekretaris Jenderal Hasmia Djalil dan Bendahara Umum Selamet Daroyni.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved