Jumat, 3 Oktober 2025

Sosok Ini Konsisten Kampanyekan Sorgum, Layak Jadi Bapak Sorgum Indonesia

Sorgum mengandung protein, serat, vitamin, dan mineral yang dapat membantu kebutuhan gizi pada anak. Sorgum kini jadi komoditas yang dikembangkan.

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Willem Jonata
Lifestyle Kompas
biji sorgum 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Toni Bramantoro

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya pemerintah melalui Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mempercepat pengembangan tanaman sorgum menuai sorotan.

Adalah para aktivis yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Milenial Indonesia (AMMI) yang mencermati serta mendukung KSP Moeldoko langkah kongkretnya dalam mengkampanyekan sorgum dan mengusulkan Moeldoko jadi Bapak Sorgum Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum AMMI, Nurkhasanah saat memberikan keterangannya melalui aplikasi whattsapp, Minggu (16/4/2023) terkait pengembangan sorgum untuk menurunkan angka stunting.

Nurhasanah mengatakan dukungan nyata kepada Moeldoko tersebut ditujukan agar bangsa Indonesia tidak terlalu bergantung kepada bahan makanan pokok beras saja. Perlu ada kampanye masif alternatif pangan seperti sorgum.

Baca juga: Antisipasi Krisis Pangan, KSP Moeldoko Kembangkan 400 Hektar Sorgum di Waingapu

"AMMI memandang Pak Moeldoko sejak 2016 telah berjuang di Waingapu menanam sorgum. Dia tidak menyerah hingga saat ini hasilnya keliatan baik dari aspek medis maupun ekonomis sorgum cukup menjanjikan," ungkap Nurkhasanah.

Terkait stunting sendiri, Nurkhasanah menyatakan bahwa tingkat masalah gizi kronis itu masih menjadi momok yang menakutkan bagi kembang dan tumbuh anak di Indonesia.

“Sebagai seorang ibu, saya sangat concern terhadap perkembangan anak. Sebab itu, saya sebisa mungkin mencukupi asupan gizinya."

"Namun memenuhi asupan gizinya itu tidak murah. Ketika KSP Moeldoko mensosialisasikan sorgum sebagai sumber pangan alternatif dan kandungan gizinya sangat kaya. Saya sangat mendukung.

"Sorgum mengandung nutrisi seperti protein, serat, vitamin, dan mineral yang dapat membantu kebutuhan gizi pada anak. Untuk itu saya sangat mendukung upaya pemerintah membuat road-map produksi dan hilirisasi sorgum untuk kebutuhan dalam negeri,” papar Nurkhasanah.

Nurkhasanah memaparkan berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen pada 2022. Dia menilai angka ini masih tinggi meski tahun lalu mengalami penurunan 2,8 poin dari tahun sebelumnya.

“Jangankan daerah 3T (terdepan, terdalam, dan terluar), daerah-daerah seperti Cibarusah Bekasi, notabene dekat Jakarta, angka stanting masih tinggi. Perlu lebih masif lagi agar sorgum bisa dikonsumsi masyarakat kota,” tutur Nurkhasanah.

Selain itu, Nurkhasanah menyoroti sorgum dari aspek ekonomis. Dia menilai sorgum bernilai ekonomis tinggi.

“Bisa jadi pengganti beras, jagung, dan gandum. Kita sejak kecil terlalu dininabobokan bahwa sumber karbohidrat seolah dari beras. Padahal ada yang lain, salah satunya ya dari sorgum.”

“Selain sebagai makanan pokok, juga bisa dipake pakan ternak bahkan batangnya bisa diekspor untuk pengembang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ke Jepang,” sambungnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved