Cuaca Ekstrem
Badai Squall Line Berpotensi Ancam Jabodetabek, BNPB dan BMKG Sarankan Masyarakat Tidak Bepergian
BRIN menyoroti potensi kemunculan Badai Squall Line yang diprediksi akan melintasi Selat Sunda dan berada di atas langit Jabodetabek pada hari ini.
Editor:
Malvyandie Haryadi
"Untuk Jabar di aliran sungai Sukanagara ada 3 kabupaten. Subang, Indramayu, Sumedang. TMC atau modifikasi cuaca sudah dilakukan terus menerus. Mudah-mudahan saat menjelang tahun baru, dimana ada arus mudik itu bisa aman."
Suharyanto juga mengimbau masyarakat menghindari kegiatan wisata akhir tahun jika terjadi cuaca ekstrem.
“Bencana itu bisa datang setiap saat dalam waktu yang singkat tetapi akibatnya sangat memprihatinkan,” kata Suharyanto.
“Makanya kepada masyarakat, dalam bergerak dari satu titik ke titik lain, atau berdiam di satu tempat, harus mempunyai sense terhadap bencana,” lanjut dia.
Menurut dia, peristiwa bencana umumnya terjadi dalam waktu singkat namun berdampak cukup parah terhadap kondisi di lapangan.
Terkait hal itu, Suharyanto pun berkaca pada bencana gempa bumi Cianjur.
“Kalau kita lihat bencana Cianjur, itu kejadian gempa 7 detik, akibatnya sampai 60ribu rumah lebih yang hancur, yang meninggal 600 lebih. Itu menunjukkan bahwa memang kita tinggal di daerah rawan bencana,” tuturnya.
Atas hal tersebut, ia pun beranggapan bahwa masyarakat seharusnya sudah bersiasat jika terjadi cuaca ekstrem dengan rentang waktu yang biasa.
Misalnya, kata Suharyanto, cuaca hujan tidak kunjung reda dalam waktu satu jam, bahkan hingga menyebabkan jarak pandang di jalan raya terbatas.
Maka sebaiknya masyarakat harus segera menepi dan mencari tempat aman.
“Itu sudah harus hati-hati. Kalau berada di tempat yang rendah, segera cari tempat yang aman. Kalau berteduh misalnya di rumah makan yang di belakangnya tebing, harus segera pindah,” tuturnya.
“Ini juga mungkin melalui media, sampaikan ke masyarakat boleh saja wisata boleh saja berlibur tapi lihat cuaca ya, lihat kondisi jangan maksa,” sambung Suharyanto.
Terpisah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan berdasarkan hasil evaluasi prakiraan cuaca, potensi cuaca ekstrem akan terus berlangsung hingga pergantian tahun atau sepekan ke depan.
Potensi cuaca ekstrem seperti yang dirasakan Selasa (27/12) akan terjadi hingga 2 Januari 2023.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati bahkan mengatakan jika sebelumnya pihaknya mendeteksi empat fenomena yang terjadi berbarengan sehingga mengakibatkan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, maka ada penambahan satu fenomena lagi yang mendorong peningkatan terjadinya cuaca ekstrem tersebut.