Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Keraton Solo

Surat Titah Raja atau Nawolo yang Menjadi Misteri Besar di Tengah Perselisihan Internal Keraton Solo

GRAy Devi mempertanyakan nawolo, atau surat berisi titah raja inilah yang menjadi dasar para abdi dalem melarangnya menemui ayahnya sendiri.

(Tangkap layar YouTube Kompas TV // KOMPAS.com Fristin Intan Sulistyowati)
Terjadi kisruh di Keraton Solo. GRAy Devi Lelyana Dewi mempertanyakan Nawolo, atau surat berisi titah raja inilah yang menjadi dasar para abdi dalem melarangnya menemui ayahnya sendiri. 

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Konflik yang terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo baru-baru ini menjadi sorotan.

Sejatinya perselisihan sudah terjadi sejak Raja Kasunanan Hadiningrat, Pakubuwono XII mangkat pada 2004 silam.

Terbaru, peristiwa pada Jumat (23/12/2022) malam menambah daftar panjang konflik internal antara dua kubu di Keraton Solo.

Kedua kubu itu adalah kubu Pro Pakubuwono PB XIII Hangabehi dengan anak cucu PB XIII yang mendirikan kelompok bernama Lembaga Dewan Adat (LDA).

Putri PB XIII, GRAy Devi Lelyana Dewi yang dari kubu LDA menuturkan satu dari sejumlah penyebab konflik di internal keraton, yakni ketika ia kesulitan menemui ayahnya sendiri.

Diungkapkan, GRAy Devi, dirinya dihalang-halangi menemui ayahnya dan disodorkan Nawolo.

Baca juga: Kronologi Kisruh di Keraton Solo Versi Kubu Raja: Orang-orang Tak Dikenal Masuk hingga Bentrok

Nawolo, atau surat berisi titah raja inilah yang menjadi dasar para abdi dalem melarangnya menemui ayahnya sendiri.

Tapi, Devi mengatakan, hingga kini ia tak pernah ditunjukkan fisik dari Nawolo itu.

"Sampai hari ini pun saya tidak pernah melihat wujud Nawolo karena tidak diberikan kepada saya," tuturnya kepada TribunSolo.com, di Mapolresta Minggu (25/12/2022).

Ia pun melayangkan somasi ke pihak Kasentanan yang pada saat Suro memberikan Nawolo yang sampai hari ini tidak ada penyelesaian.

Sebelum melayangkan somasi, ia pun berusaha mengirimkan surat untuk memohon pertemuan kepada ayahnya.

"Sudah berapa kali mengirimkan surat menanyakan bagaimana. Tapi kan sama sekali tidak ada reaksi," terangnya.

Penjelasan pihak PB XIII

Sementara, dari pihak PB XIII, Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, Kanjeng Pangeran H. Dani Nur Adiningrat bercerita sebaliknya.

Menurutnya, Sinuhun PB XIII ingin menemui GRAy Devi, namun Devi justru menolak karena tidak didampingi pengacara.

Soal Nawolo, Dani mengakui memang ada permintaan itu.

Namun, menurutnya Sinuhun PB XIII memiliki alasan tertentu mengapa ia tak mau menemui putrinya.

"Gusti Devi sempat meminta datang ke Sasonoputro ketemu Sinuhun. Sinuhun itu raja dan beliau punya penggalihan tertentu. Ada hal-hal terkait Gusti Devi yang menjadi penggalihan beliau," tuturnya.

PB XIII saat itu juga sedang menjalani suatu ritual.

"Saat itu beliau belum mau ketemu karena ada upacara ritual tersendiri bagi Sinuhun," jelasnya.

Baca juga: Kubu Sasonoputro Tolak Mediasi Konflik di Keraton Solo, LDA Ingatkan Cagar Budaya Semakin Terlantar

Menurutnya, penolakan ini harusnya membuat GRAy Devi introspeksi.

"Sah toh ketika seorang Bapak belum mau menemui. Seharusnya yang bersangkutan introspeksi diri," kata dia.

Namun, bukan berarti PB XIII tidak mau menemui putrinya ini.

Di suatu waktu Sinuhun berkehendak menemuinya.

Namun, justru GRAy Devi sendiri yang menolak beralasan tidak didampingi pengacara.

"Ketika utusan Kanjeng Adit saat itu memanggil Gusti Devi di Kayonan dan ketemu, Gusti Devi menjawab dia tidak bisa bertemu Sinuhun saat itu dan menunggu lawyer," aku dia.

"Mau ketemu bapaknya harus didampingi lawyer. Ada apa?" tanya Kanjeng Dani.

Tanggapan Ganjar Pranowo dan Gibran Rakabuming

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo turut menanggapi konflik yang terjadi di Keraton Solo, Jawa Tengah.

Ia mengharapkan, konflik bisa segera diselesaikan dengan musyawarah.

Sebab, dua belah pihak yang terlibat konflik ada ikatan keluarga.

"Saya berharap di antara keluarga mereka bisa rembukan (musyawarah), wong ya mereka keluarga sendiri to," kata Ganjar seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Sementara Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka siap memberikan fasilitas kepada pihak Keraton Solo.

Pernyataan itu, disampaikan Gibran melalui akun resmi Twitternya @gibran_tweet ketika menanggapi pertanyaan dari warganet.

"@gibran_tweet mas wali kota itu kluarga kraton surakarta ribut2 lagi apa dr pemerintahan sendiri tidak mau menengahi atau memediasi buat mereka damai ya mas?" tanya @Wahyu hidayat.

Gibran pun menjawab pertanyaan yang dilontarkan warganet tersebut.

"Sudah sering pak. Tadi pagi (Sabtu) saya sudah janjian dengan pak kapolres agar kedua kubu bisa duduk bareng dan berdamai."

"Kami siap untuk memfasilitasi mediasi. Tapi sekali lagi karena ini masalah internal, yg bisa menyelesaikan ya dari internal keluarga sendiri," tulis Gibran, dikutip Tribunnews.com dari akun Twitter @gibran_tweet.

Sebagaimana diketahui, baru-baru ini terjadi keributan di Keraton Solo pada Jumat (23/12/2022) malam.

Keributan terjadi antara kubu Sasonoputro yang mengatasnamakan Sri Susuhunan Pakubuwono XIII dan Lembaga Dewan Adat (LDA) atau kubu Gusti Moeng.

LDA sendiri merupakan kerabat keraton yang berisi para adik dan anak raja.

Dari kericuhan tersebut, sejumlah orang dilarikan ke rumah sakit karena mendapatkan luka.

Sebagian dari artikel ini bersumber dari Tribun Solo

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved