Senin, 6 Oktober 2025

Pilpres 2024

Sejumlah Nama Disebut Maju Pilpres 2024, Meutia Hatta: Belum Ada Seperti Bung Karno dan Bung Hatta

Putri mendiang proklamator Indonesia Bung Hatta, Meutia Hatta, mengatakan belum memilih calon presiden (capres) dari sejumlah nama tokoh

Editor: Johnson Simanjuntak
Ibriza
Talkshow Memilih, Damai "Membedah Genealogi Presiden dari Masa ke Masa", di Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (8/12/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putri mendiang proklamator Indonesia Bung Hatta, Meutia Hatta, mengatakan belum memilih calon presiden (capres) dari sejumlah nama tokoh yang kerap disebut bakal maju di Pilpres 2024.

Hal itu disampaikannya saat menghadiri Talkshow Memilih, Damai "Membedah Genealogi Presiden dari Masa ke Masa", di Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (8/12/2022).

"Jadi kalau Anda mau memilih (capres). Kalau saya sih belum tau siapa yang mau saya pilih karena belum ada," kata Meutia, dalam Talkshow Memilih, Damai, Kamis ini.

Ia menjelaskan, hal itu karena menurutnya, belum ada program-program yang sama seperti Presiden RI pertama, Bung Karno dan Bung Hatta.

"Program-programnya belum ada yang seperti dilakukan Bung Karno dan Bung Hatta," jelasnya.

Sementara itu, Meutia kemudian mengatakan program-progamnya lebih baik di zaman Soeharto.

"Bahkan, Soeharto saja dulu ya. Memang Soeharto dimaki-maki. Tapi ya beliau mengangkat kita di bidang kependudukan. Jadi ada sisi baiknya," tutur Meutia.

Lebih lanjut, Meutia menegaskan belum ada yang cocok dengannya dari nama-nama tokoh yang kerap disebut bakal capres di 2024.

"Ya belum menunjukkan cintanya kepada rakyat. Karena itu sudah ada pesan-pesan dari konstitusi," katanya.

Selanjutnya, ia mengingatkan kepada generasi muda untuk tidak memilih pemimpin berdasarkan keindahan parasnya saja.

"Anak-anak muda harus kritis, bukan hanya karena cakap atau apa," ujarnya.

Sebelumnya, Talkshow Series Memilih Damai dengan tema "Membedah Genealogi Presiden dari Masa ke Masa digelar di Universitas Al-Azhar, Jakarta Pusat, Kamis (8/12/2022).

Baca juga: Pemilih di Pilpres 2024 Hanya Tertarik Sebatas Apa yang Mereka Bisa Akses

Fakta yang ada dan tidak bisa dipungkiri, bahwa sejak awal kemerdekaan Indonesia, tujuh presiden selalu memiliki latar belakang etnis dari suku Jawa.

Hal itu kemudian membentuk stigma masyarakat, sosok yang akan menjadi presiden Indonesia harus yang berasal dari suku Jawa.

Satu diantara para narasumber yang hadir, Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima Indonesia) Ray Rangkuti angkat bicara terkait fakta tersebut.

Ray Rangkuti mengatakan, dalam pemilu 2024, fakta terkait unsur etnisitas calon presiden Indonesia itu sudah tidak relevan bagi masyarakat. 

"Berdasarkan Survei Kedai Kopi 2021 lalu, dinyatakan sebesar 67 persen (pemilih), sudah tidak peduli terhadap asal sukunya kok," kata Ray di Universitas Al-Azhar, Jakarta Pusat, Kamis (8/12/20222).

"Kalau diurut belakang lagi, berdasarkan lembaga survei Parameter Politik Indonesia, yang milih agama dan suku itu kecil," sambung Ray.

Menurut Ray, berdasarkan lembaga survei yang disebutkannya itu, nantinya pemilih juga akan memilih pemimpin yang dirasakan memiliki kedekatan dengan masyarakat, dan jelas program kedepannya. 

Sebagai contoh, Ray menjelaskan, capres 2024 yang sedang digadang-gadang oleh Partai politik seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. 

"Waktu itu saya di Solo Jawa Tengah, bertanya kepada teman, Ganjar bisa menang suara 80-100 persen, alasannya karena kemana mana nyapa masyarakat, jadinya tinggi," kata Ray. 

Selanjutnya, Anies Baswedan yang sudah melakukan safari politik di sejumlah daerah di Indonesia. 

"Anies sudah kemana mana, sudah melonjak persenmya ya dibanding Prabowo Subianto," kata Ray. 

Lalu, Prabowo Subianto yang belum melakukan safari politiknya. Menurut Ray, hal itu membuat elektabilitasnya tidak naik. 

"Karena belum jalan jalan, tapi kalau Januari 2023 ia sudah safari politik, nantinya elektabilitas akan naik, karena kita liat dilapangannya," tutur Ray. 

Sebagai informasi, acara tersebut dipandu Paramitha Soemantri selaku pembawa acara bersama Pemimpin Redaksi Warta Kota Domu Ambarita sebagai Moderator. 

Adapun Talkshow tersebut juga dihadiri para narasumber, diantaranya yaitu Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti, Dekan FISIP Universitas Indonesia Semiarto Aji Purwanto, Dekan FISIP Universitas Al-Azhar Heri Herdianto, Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu dan Meutia Hatta yaitu Putri dari Muhammad Hatta.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved