Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Kupas Tuntas Soal Obat Ternak, Sepatu dan Tembakan Gas Air Mata
Komnas HAM kupas tuntas soal temuan obat ternak sapi, sepatu berserakan di stadion sampai tembakan gas air mata.
Akan tetapi, setelah itu, kericuhan pun terjadi.
Baca juga: Polri Klaim Gas Air Mata Kedalawarsa Tak Mematikan, Kenapa Wajah Jenazah Tragedi Kanjuruhan Biru ?
Anam menegaskan, Komnas HAM tetap pada kesimpulan awal bahwa Tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan 132 orang tewas itu, dipicu oleh tembakan gas air mata.
Namun demikian, Komnas HAM mengaku belum dapat memastikan jumlah tembakan gas air mata yang dilontarkan polisi pada malam itu.
Sebab, hal tersebut masih harus mencocokkan berbagai keterangan lainnya.
Anam menyampaikan, temuan awal ini berasal dari video eksklusif yang diambil oleh suporter Arema sebelum tewas.
Video ini dinilai krusial untuk menunjukkan bahwa gas air mata yang ditembakkan polisi berdampak langsung pada berhamburannya suporter dalam jumlah besar menuju pintu keluar, sedangkan pintu keluar terbuka kecil.
Para suporter kemudian terjebak dalam kondisi sesak napas akibat terpapar gas air mata, berdesakan, dan sebagian akhirnya meregang nyawa.
"Jadi memang video ini sangat krusial," ujar Anam.

Anam mengaku, pihaknya telah memperoleh data dan dokumentasi yang rinci mengenai jenis senjata serta gas air mata yang ditembakkan pada Tragedi Kanjuruhan.
Dia menambahkan, selongsong gas air mata yang ditemukan Komnas HAM ketika melakukan pemantauan langsung, masih menyebabkan efek panas dan perih di mata.
Selain itu, dari hasil penyelidikan dan pemantauan sementara Komnas HAM, ditemukan pula fakta bahwa tembakan gas air mata bukan hanya ditembakkan ke sisi depan tribune, melainkan jauh hingga tribune bagian atas.
Komnas HAM Lakukan Uji Selongsong Gas Air Mata yang Didapat Usai Tragedi Kanjuruhan ke Laboratorium
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengaku mendapati beberapa selongsong gas air mata pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Hal itu didapati setelah Komnas HAM melakukan investigasi pada 2-10 Oktober 2022 di lokasi.
Setelahnya, saat ini Komnas HAM memastikan telah mengirim selongsong gas air mata tersebut untuk diuji.