Jumat, 3 Oktober 2025

BBM Bersubsidi

Aiman: Jangan Sampai Masyarakat Simpulkan Kenaikan BBM Demi Loloskan Jokowi 3 Periode

Aiman menganggap kenaikan itu pun bisa membuat masyarakat mengambil kesimpulan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin maju untuk ketiga kalinya

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
Deklarator GMPK Aiman Adnan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dekralator Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Kebangsaan (GMPK), Aiman Adnan, menilai wacana kenaikan BBM subsidi jenis pertalite dan solar bisa membuat masyarakat kalangan bawah semakin tercekik. 

Aiman menganggap kenaikan itu pun bisa membuat masyarakat mengambil kesimpulan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin maju untuk ketiga kalinya di Pilpres 2024

"Menaikkan harga BBM hanya menguntungkan Presiden Jokowi dan kroni-kroninya. Kenaikan BBM justru mencekik rakyat kecil. Karena itu, kenaikan BBM jangan sampai membuat masyarakat menyimpulkan untuk menunjang mereka-mereka menyiapkan logistik di pemilihan selanjutnya yang membutuhkan dana segar dan besar," kata Aiman dalam keterangannya, Selasa (30/8/2021).

Menurut Aiman, Jokowi selama menjabat hampir dua periode berhasil menjaga stabilitas harga BBM.

Bahkan, pemerintahan Jokowi di masa-masa sulit pada era pandemi hampir 3 tahun tidak menaikkan harga BBM

Karena itu, sangat janggal apabila Jokowi ingin menaikkan harga BBM menjelang masa kepemimpinannya habis. 

Namun, apabila dikaitkan dengan penambahan masa jabatan presiden, menurut Aiman, hal itu bisa menjadi masuk akal. 

Sebab, lanjut dia, mengubah konstitusi dan menggalang suara partai politik membutuhkan kekuatan materiil dan inmateriil yang sangat besar. 

"Jangan sampai masyarakat simpulkan kenaikan BBM demi loloskan Jokowi 3 periode," tegas dia. 

Aiman mengkritisi alasan Presiden Jokowi yang menyatakan bahwa BBM Indonesia termasuk paling murah di Asia. 

Baca juga: Partai Buruh Bakal Gelar Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM di DPR Pada 6 September

Menurut Aiman, Jokowi hanya membandingkan harga BBM Indonesia dengan negara-negara maju, seperti Amerika Serikat Rp 19.400 per liter dan Singapura Rp 33 ribu per liter. 

Aktivis asal Sulawesi Selatan itu menilai jelas harga BBM di dua negara itu tinggi. Namun, harganya berbanding lurus dengan pendapatan per kapita masyarakat Singapura dan Amerika Serikat. 

Pada 2021, menurut laporan Bank Dunia, pendapatan per kapita per tahun Singapura sekitar Rp 1 miliar dan Amerika Serikat sekitar Rp 944 juta, sedangkan Indonesia hanya Rp 63 juta. 

"Jadi, Pak Jokowi jangan hanya membandingkan harga BBM dengan negara maju. Di Malaysia, oktan 95 dijual sekitar Rp 6.780 per liter, sedangkan di Brunei oktan lebih bagus malah lebih murah lagi, tidak sampai Rp 6 ribu," kata dia. 

Dia menilai Presiden Jokowi juga bisa membatalkan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara apabila benar BBM subsidi membebani APBN. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved