Senin, 29 September 2025

Polisi Tembak Polisi

Ibunda Brigadir J Disebut sebagai The Game Changer, Pemicu Terbongkarnya Kasus Pembunuhan sang Anak

Jika Rosti hanya diam dan menerima kematian Brigadir J begitu saja, mungkin cerita pembunuhan yang menyeret puluhan polisi ini tidak akan terbongkar.

TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG
Kesedihan di wajah Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J usai makam anaknya dibongkar untuk proses ekshumasi di Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (27/7/2022). Makam Brigadir J dibongkar kembali untuk kepentingan autopsi ulang atas permintaan keluarga dalam mencari keadilan dan pengungkapan kasus. TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG 

TRIBUNNEWS.COM - Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir Novriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J, adalah The Game Changer yakni penggerak yang mampu mengubah atau membuka sebuah permainan yang belum terpecahkan.

Dalam hal kasus pembunuhan anaknya, Brigadir J, Rosti adalah sosok yang menjadi kunci pemacu terbukanya kasus ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Universitas Indonesia yang juga pengajar Gender dan Hukum, Prof Sulistyowati Irianto.

Menurutnya, jika Rosti hanya diam dan menerima kematian Brigadir J begitu saja, mungkin juga cerita pembunuhan yang menyeret puluhan polisi ini tidak akan terbongkar.

"The Game Changer sesungguhnya (dalam kasus pembunuhan ini) adalah Ibu Yosua."

"Ibu Rosti itu tidaklah dalam posisi menggerakkan suatu aktivitas agar jadi dengar, nggak kan."

Baca juga: Ferdy Sambo Cs Diminta Pakai Baju Tahanan Saat Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J

"Tetapi, kemudian begitu media memberitakan bagaimana dia (Ibu Rosi) bertalu-talu meneriakan keadilan bagi anaknya, langsung semua keluarganya itu aktif mendukung, lalu masyarakat dan hari ini publik yang luas."

"Bisa dibayangkan apabila Ibu itu diam saja atau menerima ikhlas menerima (kematian anaknya ini) kehendak Yang Maha Kuasa," jelas Sulistyowati, dikutip dari Kompas TV, Senin (29/8/2022).

Rekaman tangisan Ibu Rosti saat melihat jenazah putranya hingga kemudian tersebar di media sosial, itulah yang kemudian membuka mata publik.

"Ya (jadi karena tangisan perempuan kasus ini perlahan terbuka)."

"Juga karena kebetulan Yoshua adalah orang Batak dan keluarga Hutabarat pula."

"Orang Batak harus dibuka jenazahnya karena harus diulosi harus diadati dan kebetulan itu adalah keluarga Hutabarat."

"Jadi upacara (kematian) itu tidak bisa di-skip, makanya saya bilang perempuan menyuarakan budayanya," terang Sulistyowati.

Baca juga: Bharada E akan Bertemu Ferdy Sambo di Rekonstruksi Kasus Brigadir J, Berikut Kata Polri hingga LPSK

Dengan demikian, tegas Sulistyowati, ada faktor budaya dan perempuan yang memegang peran penting dalam terungkapnya pembunuhan ini.

"(Dalam video menangis) itu sepertinya menyimbolkan bahwa dia ada sesuatu yang tercerabut dari dirinya itu, karena dialah yang merasa mewujudkan nilai-nilai orang Batak itu melalui anaknya, tapi tiba-tiba anaknya hilang begitu saja dengan cara-cara yang sangat menyedihkan tragis," kata Sulistyowati.

Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak, orangtua Brigadir Yosua
Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak, orangtua Brigadir Yosua (Tribun Jambi)
Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan