Kamis, 2 Oktober 2025

Polisi Tembak Polisi

Aktivis Perempuan Ini Geram Sampai Sebut Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sudah Mati, Ada Apa?

Irma Hutabarat juga mengkritisi lembaga negara yakni DPR, yang telah bersidang dan membahas soal kematian Brigadir Yosua Hutabarat

Editor: Eko Sutriyanto
(ISTIMEWA/ TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG / Tribunnews.com Abdi Ryanda Shakti)
Kolase Foto Tribunnews: Brigadir J, Kesedihan di wajah Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, dan proses ekshumasi jenazah Brigadir J, Rabu (27/7/2022) 

Mama dari Brigadir Yosua, ucapnya, menangis tak berhenti hingga air matanya habis.

Baca juga: Keluarga Brigadir J Sikapi Pengakuan Putri Candrawathi Soal Korban Asusila: Rekayasa Kelompok Sambo

"Saya sesak kalau ngomongin tentang ibunya. Dia yang menanti-nanti kesaksian dari Putri," ujar Irma.

Pun Irma menyebut Putri Candrawathi istri Ferdy Sambo tidak memiliki empati pada keluarga Yosua.

Menurutnya, soal hukum, Putri Candrawathi bukan orang bodoh.

"Putri tidak bodoh. Dia dokter gigi, nyonya jenderal bintang dua, dia tahu soal hukum, tahu konsekuensinya. sekarang hatinya saja, terketuk nggak hatinya," ungkapnya.

Dia menyimpulkan setidaknya untuk sekarang ini, Putri tidak punya hati sebagai seorang ibu sekaligus perempuan, dan tidak sama sekali mampu merasakan empati pada Ibunda Yosua.

"Tidak sama sekali mampu merasakan empati pada Ibunda Yosua yang menangis sampai habis air matanya.

Aktivis Irma Hutabarat bersama opung Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J hadir dalam acara wisuda di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Selasa (23/8/2022)
Aktivis Irma Hutabarat bersama opung Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J hadir dalam acara wisuda di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Selasa (23/8/2022) (Wartakotalive/Ramadhan LQ)

Saya memeluk dia waktu ke Jambi. Mana tanggungjawabmu Putri, itu yang dia bilang," kata Irma dengan lirih.

Selanjutnya, Irma Hutabarat mengungkapkan nyawa Brigadir Yosua diambil oleh kekuasaan.

"Bukan hanya nyawa, barang bukti dihapuskan. Pada 8 Juli Yosua dibunuh, 13 Juli dipanggil komisi-komisi (lembaga negara)," kritiknya.

Dia pun meminta agar semua pihak berhentilah berpura-pura, berhenti membuat semua rakyat Indonesia ini geram.

"Ada perempuan yang sangat menderita, yang tidak pernah dibahas di parlemen, di komisi maupun kepolisian.

Baca juga: Kapolri Sebut Pemberkasan Perkara Ferdy Sambo Terkait Kematian Brigadir J Memasuki Babak Akhir

Negara ini harus punya sistem untuk bisa melayani mengayomi orang yang tidak punya kuasa," tuturnya.

"Ada gak yang nanyakan keluarga Yosua? Nggak ada. Padahal yang paling menderita itu ibunya Yosua.

Dari awal, saya tahu tidak ada (lembaga negara) yang berpihak pada korban, pada yang tertindas," Irma menegaskan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved