Ferry Juliantono: Tak Hanya Mahasiswa, Buruh dan Pekerja Juga Punya Paradigma Baru Gerakan
Ferry Juliantono salah satu inisiator dan tuan rumah acara PMKI mengatakan oligarki sebenarnya yang lebih berkuasa dibandingkan pemerintahan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhimpunan Menemukan Kembali Indonesia (PMKI) kembali menggelar pertemuan para aktivis pro demokrasi sekaligus berbuka puasa bersama membahas situasi global di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (27/4/2022).
Dalam pertamuan ini hadir para tokoh-tokoh aktivis nasional antara lain Rocky Gerung, Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, Ferry Juliantono, Faisal Basri, Bursah Zarnubi, Roy Suryo, Usmad Hamid, Zaim Saidi, Herdi Sahrasad, Antonhy Budiawan, Ariady Ahmad, Yusuf Blegur, Chandra Tirtawijaya, Teguh Santosa dan lainnya.
Ferry Juliantono salah satu inisiator dan tuan rumah acara PMKI mengatakan oligarki sebenarnya yang lebih berkuasa dibandingkan pemerintahan.
"Demonstrasi adalah hak yang biisa digunakan oleh mahasiswa, buruh, pekerja dan saya rasa sudah mulai mewarnai jalan-jalan yang berada negeri ini selama masalah omnibus law dan tekanan ekonomi tidak diselesaikan," kata Ferry di Jakarta, Rabu (27/4/2022).
Baca juga: Panggung Demokrasi Tribunnews 27 April 2022: Kontroversi Partai Mahasiswa
Sehingga menurut dia bukan hanya mahasiswa yang punya paradigma baru. Gerakan buruh dan pekerja itu juga sekarang punya paradigma yang baru.
"Mereka bukan sekedar unionis yang menyangkut dengan isu normatif tapi mereka sudah mulai kumpul dan rapat bareng dengan mahasiswa masuk ke isu-isu nasional yang selama ini yang menjadi isu nya mahasiswa," ujar Ferry.
Menurut Ferry, gerakan buruh dan pekerja itu nanti bisa memenuhi jalanan negeri ini setelah Lebaran dengan jumlah yang lebih banyak lagi.
"Di luar itu kalau menurut laporan HAM Amerika Serikat kita mengetahui rezim ini tuduh soal unlawfull killing dan soal penanganan ulama-ulama lalu cap radikalisme pesantren," ujarnya.
Ferry mengatakan Pemerintah Indonesia dianggap menggunakan Islamphobia dan digunakan oleh aktor-aktor negara menyebabkan banyak sekali konsekuensi yang berkaitan juga dengan hak asasi manusia, hukum, dan keadilan.
"Pemerintah harus mendengar suara anti Islamphobia yang oleh dunia dan di dalam negeri disuarakan," tegas Ferry.
"Semua kesulitan dan himpitan ekonomi saat ini bisa menyebabkan 'people power' terjadi bila penguasa tidak dengar suara rakyat, suara buruh, pekerja dan mahasiswa , civil society serta kalangan umat Islam," pungkas Ferry yang Juga adalah Sekjen Syarikat Islam ini.