Selasa, 30 September 2025

Ekonom: Beban Pertamina Bertambah Jika Harga Pertamax Tidak Naik

PT Pertamina masih mengkaji penyesuaian harga produk BBM Pertamax menyusul tren kenaikan harga minyak mentah dunia.

Penulis: Sanusi
Istimewa
Petugas SPBU Pertamina mengisikan bahan bakar minyak jenis Pertamax ke kendaraan. 

Saat ini 83 persen dari volume BBM yang dijual Pertamina adalah BBM yang disubsidi negara. Sebagaimana barang subsidi pada umumnya, BBM subsidi diperuntukan bagi masyarakat yang kurang mampu, transportasi umum, dan usaha kecil.

Menurut David, volume Pertalite saat ini sudah paling tinggi. Dengan mobilitas masyarakat yang semakin baik, konsumsi Pertalite juga akan terus meningkat. Dengan volume yang semakin naik, beban yang harus ditanggung Pertamina juga akan semakin besar. Apalagi tanpa ada kenaikan harga Pertamax yang tidak disubsidi karena dikonsumsi masyarakat mampu.

“Sekali lagi, ini bergantung pada kursnya di berapa, harga minyak global kira-kira berapa? Sedangkan badan usaha lain sudah mengikuti dua variabel utama ini,” katanya.

David mengasumsikan baseline skenario harga minyak sekitar 130 dolar AS per barel paling tinggi dan bertahan di level tersebut hingga akhir tahun. Sementara kurs rupiah terhadap dollar AS sekitar Rp 14.600-an.

Beban tambahan yang ditanggung Pertamina bisa mencapai Rp 200-an triliun paling sedikit dalam setahun. Kondisi ini akan bergerak terus seiring pergerakan kurs dan harga minyak global.

“Pertamina memang butuh suntikan likuiditas dan mereka sudah kelihatan beberapa kesempatan menyampaikannya,” kata David.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti, mengatakan disrupsi global akibat pandemi COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina akan mempersulit posisi neraca energi Indonesia pada 2022.

Sistem stok energi Indonesia dapat terganggu, disebabkan eskalasi yang terjadi belakang ini, kesenjangan antara harga internasional dan domestik.

“Alangkah baiknya, harga domestik mendekati harga internasional, minimal 80-90 persen dari harga internasional . Ini untuk menjaga keseimbangan agar pasar domestik tetap terjaga dan menghidari kelangkaan supply karena BBM bisa diselundupkan ke luar negeri,” ujarnya.

Walaupun harga BBM nonsubsidi lebih mahal, lanjut Yayan, pasokan dapat dijaga daripada harga murah tetapi konsumen berbondong-bondong antre.

Harga keekonomian ini berfungsi untuk mencari alternatif energi baru dan terbarukan serta mengedukasi masyarakat agar masyarakat menghemat energi minyak yang memang sudah tidak murah lagi.

“Ini untuk mengurangi beban subsidi migas dari APBN seperti listrik dan gas LPG 3 kg dan yang pasti ke komoditas turunan yang menggunakan migas seperti petrokimia pada industri pupuk dan lainnya, kendati ini secara aggregate,” ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan