Rabu, 1 Oktober 2025

Penangkapan Terduga Teroris

Tak Yakin Sunardi Terlibat Kasus Terorisme, Keluarga Minta Maaf Jika Sang Dokter Berbuat Kesalahan

Keluarga turut menyayangkan adanya tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian hingga membuat Sunardi meninggal.

Editor: Dewi Agustina
TribunSolo.com/Vincentius Jyestha Candraditya
Jenazah teroris Dokter S tiba di rumah duka Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kamis (10/3/2022). 

Pantauan Tribun saat mendatangi rumahnya terlihat sepi dan tidak ada aktivitas.

Rumah yang berada di pinggir jalan itu memiliki pagar berkelir putih dengan banyak bunga dan tanaman hias di depan pagarnya.

Di teras rumahnya yang cukup luas itu terparkir sebuah sepeda motor jenis bebek.

Baca juga: Dokter Tersangka Terorisme di Sukoharjo Tewas Ditembak Densus 88, Sempat Tabrak Pagar untuk Kabur

Kemudian terdapat bangku panjang warna putih yang diletakkan di samping barat pintu utama rumah.

Pada bagian jendela, tertempel sebuah plakat bertuliskan dokter Sunardi di bawahnya tercantum jam praktik dirinya yakni pukul 06.00-08.00 dan 17.00-20.00 WIB.

Ketua RT Bambang Pujiana Eka Warsono menjelaskan, semenjak informasi penangkapan dengan penembakan itu rumahnya sepi. Adapun Sunardi menurut dia berprofesi sebagai dokter.

"Pekerjaannya yang saya tahu sampai saat ini dokter, kalau kelihatannya dokter umum," ujar Bambang.

Sepanjang membuka praktik medis, Bambang tak pernah menyaksikan kediaman sang dokter ramai.

"Kalau saya lewat ya tidak ramai, sepi artinya tidak ada banyak pasien," katanya.

Meski berprofesi sebagai dokter, menurut Bambang sosok Sunardi dikenal sebagai antisosial. Dirinya tidak pernah bersosialisasi dengan para warga setempat.

"Semenjak saya megang Ketua RT dari 2019 itu saya mengadakan pertemuan kegiatan warga dia tidak pernah ada, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi," ungkapnya heran.

Alasan Sunardi tak pernah bersosialisasi pun tak diketahui oleh Bambang. Dirinya juga tak pernah menanyakan kepada yang bersangkutan.

Bahkan, Bambang menyebut Sunardi tak pernah membayar iuran warga yang hanya berjumlah Rp 25.000 per bulan.

"Tidak sama sekali, boleh dicek di bendahara saya, kalau yang namanya pak Sunardi itu tidak pernah iuran. Padahal iuran di tempat saya cuma Rp25.000 per bulan," katanya.

Selama ini pun Bambang tak pernah bertegur sapa ataupun mengobrol dengan Sunardi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved