Selasa, 30 September 2025

Tutup Tanwir II Pemuda Muhammadiyah, Haedar Nashir Ungkap Tantangan Ke Depan

Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nashir mengungkapkan sejumlah tantangan bagi gerakan pemuda negarawan.

Penulis: Gita Irawan
Ist
Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nashir dalam Penutupan Tanwir II Pemuda Muhammadiyah secara daring pada Minggu (6/3/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelum secara resmi menutup Tanwir II Pemuda Muhammdiyah, Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nashir mengungkapkan sejumlah tantangan bagi gerakan pemuda negarawan.

Menurutnya, tantangan tersebut tersebut tidaklah sederhana karena memerlukan komitmen jiwa, alam pikiran, dan tindakan dari seluruh anggota kader dan pimpinan Pemuda Muhammadiyah dari pusat sampai cabang dan ranting dan dalam kelompok-kelompok jamaah.

Hal tersebut disampaikannya dalam kegiatan Penutupan Tanwir II Pemuda Muhammadiyah bertema "Gerakan Pemuda Negarawan" secara daring pada Minggu (6/3/2022).

"Pergerakan pemuda negarawan tentu selain mulia, luhur, juga tantangannya tidak sederhana," kata Haedar.

Baca juga: Haedar Nashir Sebut Soekarno Adalah Muhammadiyah

Selain itu, kata Haedar, gerakan pemuda negarawan juga harus menjadi alam pikiran yang menginternalisasi di dalam seluruh jiwa, pikiran, dan tindakan segenap anggota, kader, dan pimpinan Pemuda Muhammdiyah.

Sekaligus, lajut dia, juga melembaga di dalam pergerakan Pemuda Muhammadiyah dalam identitas kolektif.

Negarawan, kata dia, dalam makna yang dasar berarti ahli dalam ketatanegaraan dan mengelola negara dengan hikmah kebijaksanaan, berorientasi pada visi ke depan bangsa yang melampaui dan bukan visi kebangsaan yang parsial.

"Dan tidak kalah pentingnya bagaimana menjadi suara publik," kata Haedar.

Selain itu, kata dia, negarawan juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kroni, golongan sendiri, bahkan kepentingan-kepentingan pragmatis jangka pendek.

Baik karena transaksi-transaksi politik yang terbuka maupun tertutup yang bisa mengalahkan orientasi kepentingan masa depan bangsa.

Pada titik itulah menurutnya banyak idealisiasi yang luntur, tererosi, terdeviasi, bahkan krisis.

Hal itu, karena kepentingan dan cara mengelola negara, bersikap, berpikir, bertindak baik itu oleh pemimpin negara, pejabat publik, pemimpin masyarakat, pemimpin politik, pemimpin agama kadang kalah oleh kepentingan jabatan, orientasi kekuasan jangka pendek, serta kepentingan-kepentingan nilai guna yang bersifat pragmatik, dan transaksional.

Tidak hanya dalam hal yang besifat terbuka diketahui umum, maupun yang tersembunyi.

Selain itu, kata dia, berbagai hal yang mereduksi kenegarawanan, tidak jarang memperoleh argumentasi, legitimasi, dan konstruksi yang seakan-akan semuanya benar demi kepentingam bangsa dan negara.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved