Analis: Ancaman Keamanan Data Perlu Diwaspadai di Masa Pandemi
Head of Research Praus Capital, Alfred Nainggolan mengatakan pandemi Covid-19 mendorong penggunaan teknologi digital di seluruh tatanan kehidupan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Head of Research Praus Capital, Alfred Nainggolan mengatakan pandemi Covid-19 mendorong penggunaan teknologi digital di seluruh tatanan kehidupan masyarakat.
Alfred mengatakan hampir semua industri menggunakan teknologi digital di era pandemi Covid-19 ini.
"Saat ini hampir semua industri menggunakan teknologi digital sebagai backbone inovasi, mulai dari e-commerce, smart factory, smart city, smart farming, smart health, smart banking/digital banking,” ujar Alfred melalui keterangan tertulis, Senin (28/2/2022).
Dirinya mengingatkan ancaman keamanan data di era booming teknologi digital saat ini. Booming itu, kata Alfred perlu diawasi karena adanya ancaman keamanan data.
Baca juga: Ukraina Bentuk Tentara IT untuk Perangi Penyusupan Digital Rusia
Menurutnya, makin besar penggunaan teknologi digital oleh masyarakat, maka kerentanan terhadap keamanan data makin tinggi pula.
:Dalam kondisi pandemi semacam ini, yang menuntut masyarakat bekerja dari rumah (atau darimana saja), terbukti tidak menganggu pertumbuhan ekonomi. Namun, jangan salah, ada ancaman keamanan data yang perlu diawasi. Ini sangat rentan," tuturnya.
Alfred menilai keamanan data menjadi keniscayaan di era booming teknologi digital.
Industri telekomunikasi, kata dia, harus diperkuat dengan realitas bahwa service of quality harus terus dikedepankan.
Baca juga: Transaksi JakCard dan JakOne Mobile Meningkat, Bank DKI Raih Popular Digital Brand
Sudah waktunya negeri ini mentransformasi mindset bahwa kualitas, kecepatan, dan keamanan data di sektor teknologi digital menjadi keniscayaan.
"Jangan selalu ‘membodohi’ masyarakat dengan iklan murah, namun service kedodoran. Keamanan data menjadi suatu keharusan. Jangan sampai terabaikan hanya gara-gara ingin harga murah," ucap Alfred.
Menurut dia, kecepatan, kualitas, dan keamanan data sudah tak bisa lagi ditutup-tutupi, bahkan masyarakatlah yang harus memberikan control terbaik tentang itu.
"Sehingga tak ada lagi industri telko yang memberikan ‘kucing dalam karung’ kepada pelanggan,” jelasnya.
Dengan menyadari anatomi bisnis ini, lanjut dia, maka industri telko akan berjalan realistis.
Industri telko juga membutuhkan ‘maintenance’ yang tidak murah, yang akhirnya tercermin dari layanan terbaik dalam hal kecepatan, kualitas, dan keamanan data.
"Industri telko jangan sampai terjebak dengan mengkampanyekan layanan murah saja, tanpa kualitas dan keamanan data yang terjamin,” ucapnya.
Alfred juga menyinggung banyaknya kasus terkait keamanan data yang terjadi di era pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, ada 35 kasus kegagalan perlindungan data pribadi yang ditangani Kemenkominfo sejak 2019 hingga Juli 2021.
Menurutnya, kasus kegagalan perlindungan data pribadi itu menunjukkan perlunya peningkatan teknologi keamanan data.
"Memperhatikan kebocoran data yang cukup masif tidak ada pilihan lain, selain kita meningkatkan teknologi security atas semua penyelenggara sistem elektronik sebagai pemangku pemangku data," ujar Johnny yang dikutip dalam paparannya di akun Youtube Kemenkominfo, beberapa waktu lalu.