Muktamar NU
Menjaga Marwah Ulama dari Intrik Siyasi di Muktamar NU
Jika ini terjadi sebelum sama-sama berangkat ke Lampung maka selesailah sudah urusan muktamar NU.
Keduanya adalah murid sekaligus kader Gus Dur yang sama-sama punya tempat istimewa pernah diberi isyaroh akan menggantikan posisi Gus Dur.
Lima tahun terakhir, Kiai Said dan Gus Yahya juga berada dalam satu atap di PBNU sama-sama membesarkan NU. Lalu kenapa kini friksi antar keduanya begitu tajam hanya memperdebatkan hal remeh jadwal muktamar saja.
Ada baiknya antara Kiai Said dan Gus Yahya berdamai saja dari sekarang sebelum menuju arena Muktamar.
Langsung saja Kiai Said deklarasi berpasangan dengan Gus Yahya untuk memimpin NU dengan komposisi Kiai Said sebagai Rais Aam dan Gus Yahya di di posisi Rais Tanfidz.
Jika ini terjadi sebelum sama-sama berangkat ke Lampung maka selesailah sudah urusan muktamar NU.
Tidak ada lagi kekhawatiran mufaroqoh (perpecahan) di tubuh jam’iyyah. Bukankah ini sesuai dengan Dar’ul mafasid muqoddam ala jalbil masholih yang selama ini jadi doktrin NU dan jadi alasan untuk tidak berpikir rumit.
Kontestasi pemilihan pimpinan ala demokrasi hanya akan menurunkan marwah ulama sekaligus meruntuhkan doktrin sami’na wa atha’na ke Kiai seperti gambaran kondisi muktamar Makassar dan Jombang yang menyedihkan.
Kita warga Nahdliyyin inginnya datang ke Lampung seperti menghadiri kendurenan, mendengar alunan musik menentramkan hati, berkumpul dan bercanda dengan sesama saudara se-ideologi dan yang terpenting pulang membawa berkat lezat yang bisa jadi oleh-oleh membanggakan bagi keluarga dan rumah.