Minggu, 5 Oktober 2025

Muktamar NU

Ketua GP Ansor Harap Muktamar ke-34 NU Jadi Momentum untuk Berbenah Diri

Momentum Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dilakukan muhasabah.

Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Istimewa
Ketua GP Ansor Rahmat Hidayat Pulungan bicara soal Muktamar ke-34 NU sebagainmomentum berbenah diri. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua GP Ansor, Rahmat Hidayat Pulungan, menilai momentum Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dilakukan muhasabah (interospeksi, evaluasi, dan pembenahan) secara internal di dalam tubuh organisasi PBNU.

Diketahui Muktamar ke-34 NU Bakal berlangsung 22-23 Desember di Lampung.

Menurutnya, organisasi islam terbesar di Indonesia seperti NU perlu banyak terobosan dalam bidang pendidikan dan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan zaman yang berubah dengan cepat.

"Sebab, hingga saat ini bidang-bidang tersebut di kalangan NU masih tertinggal," kata Rahmat kepada wartawan, Selasa (21/12/2021)

Rahmat pun membeberkan sejumlah kekurangan dalam bidang pendidikan di dalam NU sendiri, terutama dalam hal kualitasnya.

"Berdasarkan hasil riset yang dilakukannya bahwa NU memiliki 7.462 sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMK dan SMA. Namun di antara sekolah itu, tidak ada satu pun yang memiliki peringkat 100 besar," katanya.

Selain itu, Rahmat mengatakan NU memiliki 44 kampus yang berdiri di bawah naungan NU.

Baca juga: Jelang Muktamar NU, Mantan Bendahara PBNU Ungkap Dukungan Untuk Gus Yahya

Namun, nasibnya sama, tidak ada yang masuk peringkat 100 besar.

"Untuk kampus yang terkreditasi A pun hanya satu, dan itu-itu saja, yakni Universitas Islam Malang (Unisma)," kata Rahmat.

Dalam bidang kesehatan pun, lanjut Rahmat, NU masih ketinggalan dalam hal kualitasnya.

Dia menyebutkan, NU memiliki sekitar 43 rumah sakit, tetapi tidak memiliki fasilitas dan layanan kesehatan yang lengkap.

"Rumah sakit di bawah naungan NU memang sebanyak 43 unit. Namun, tidak termasuk rumah sakit fasilitas dan layanan kesehatan lengkap," katanya.

Baca juga: KPK Bantah Keluarkan Sprinlindik Terkait Dugaan Korupsi Kegiatan Muktamar ke-34 NU

Dalam hal sumber daya manusia (SDM), menurut Rahmat, para cendekiawan yang dilahirkan dari kalangan NU hanya di bidang itu-itu saja.

Kualitas pendidikan, kesehatan dan SDM yang kurang, kata dia, berdampak pada kesejahteraan warga nahdliyin.

Dia menyebutkan, mayoritas orang muslim Indonesia yang miskin adalah warga NU. Sementara di sisi lain sebanyak 59,7 persen orang muslim kelas menengah dekat dengan NU.

"Karena itu, tranformasi organisasi itu penting untuk mengubah warga NU agar lebih baik dalam segala bidang. NU perlu berbenah total," tandas kader muda NU ini.

Menyinggung soal Muktamar NU, Rahmat bicara soal orang-orang yang bernafsu ingin menjadi pengurus, tetapi setelah menjadi pengurus, mereka malah tidak mau mengurusinya.

"Ini kalau muktamar atau konferwil, konfercab semuanya nafsu jadi pengurus, setelah jadi, boro-boro mau mengurus organisasi, yang ada malah minta diurus," katanya.

Baca juga: Katib Syuriah PWNU Jateng KH Ahmad Syaroni Meninggal Dunia Saat Perjalanan Menuju Muktamar NU

Menurutnya, semua yang memiliki perhatian kepada NU harus memiliki fokus dan prioritas, jangan semua diurus.

"Mandat kita itu pendidikan dan dakwah. Kita harus fokus di masalah utama, bukan masalah turunannya," katanya.

"Kita harus buat semacam Rencana Induk Jangka Panjang Organisasi (RIJPO) untuk 5-10 tahun ke depan. Blueprint ini akan jadi pedoman untuk semua yang terlibat dalam organisasi dari atas sampai bawah," lanjut Rahmat.

Dia juga menyinggung soal kesiapan NU dalam menghadapi masyarakat baru.

Pasalnya, NU butuh pemimpin visioner di dalam masyarakat baru ini.

Dia menjelaskan, saat ini masyarakat Indonesia sudah memasuki era virtual ketika sebagian besar orang beraktivitas di ruang-ruang digital, termasuk aktivitas belajar.

"Masyarakat, mulai dari kalangan balita, anak muda sampai orang tua, sebagian besar lebih memilih belajar apapun melalui media sosial seperti YouTube. Terjadi pergeseran medium belajar dari konvensional seperti tatap muka menuju ruang digital," katanya.

Ruang-ruang digital tersebut menurutnya seharusnya menjadi ranah strategis bagi NU untuk berdakwah menebarkan Islam Rahmatan Lilalamin (Rahmat untuk semesta alam).

Namun sayangnya, kata Rahmat, ruang-ruang itu belum dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para tokoh dan pengurus NU.

Sejumlah dai NU yang memiliki akun YouTube untuk media dakwah pun dia melihatnya hanya sedikit.

"Sebut saja, akun YouTube Gus Miftah baru memiliki 782.000 pengikut, Gus Muwafiq sebanyak 146.000 pengikut, dan Gus Mus (KH Mustafa Bisri) 129.000 pengikut," katanya

Di sisi lain, dai dari luar NU yang kadang kerap menampilkan Islam galak dan tidak ramah memiliki jumlah pengikut yang mencapai jutaan.

"Kemudian dai NU di Instagram pun memiliki jumlah pengikut yang sedikit. Gus Miftah memiliki 1,9 juta followers, Gus Muwafiq 277.000 follower dan Gus Mus 37.600 follower," katanya.

Sementara itu, dia menyebut pendakwah di luar NU memiliki jumlah pengikut yang lebih banyak. Bahkan ada yang memiliki pengikut sampai 5,8 juta.

"Ini artinya dai NU itu benar-benar ketinggalan dalam memanfaatkan media sosial. Kami berharap PBNU dipimpin oleh tokoh yang visioner agar bisa mengimbau masyarakat baru yang serba digital dan cepat ini," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved