Senin, 6 Oktober 2025

Badan Informasi Geospasial Bakukan Nama Rupabumi dalam Gazeter Republik Indonesia

Kepala BIG Muh Aris Marfai mengakui istilah Gazeter belum familiar di masyarakat. Padahal fungsinya sangat vital dalam proses pembangunan nasional.

Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Hasanudin Aco
ist
Talkshow MNC Trijaya, “Gazeter Republik Indonesia sebagai Referensi Dokumen Pemerintahan” di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (13/12/2021). 

Direktur Toponimi dan Batas Daerah Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Sugiarto mengatakan, informasi dalam Gazeter menjadi acuan kementerian dalam penamaan dan penetapan batas wilayah.

“Ketika kita mau tetapkan wilayah administrasi darat maupun laut, kami mengacu pada data-data Gazeter. Termasuk ketika kami akan menetapkan wilayah provinsi sampai desa/kelurahan,” ucapnya.

“Kami lihat dulu di Gazeternya, nama gunungnya apa, jalannya apa, sungainya apa, termasuk koordinatnya. Baru kita masukkan ke Peraturan Menteri Dalam Negeri,” tegasnya.

Sejarawan JJ Rizal mengapresiasi ikhtiar BIG menerbitkan Gazeter Republik Indonesia.

Sebagai orang yang menggeluti ilmu sejarah, JJ sangat terbantu dengan pengarsipan nama tempat yang dilakukan BIG dalam bentuk Gazeter.

“Kita berbahagia ya, sekarang sudah ada BIG. Artinya benar-benar konsen memperhatikan rupabumi sebagai alat untuk mendeteksi wilayah kita,” kata JJ Rizal.

Penamaan rupabumi, kata JJ, merupakan informasi yang sangat penting untuk memulihkan kesalahan di masa lalu.

“Beberapa kali kita ramai tentang perbatasan, seperti Natuna dan Sipadan Ligitan. Dulu, anehnya disebut pulau terluar, padahal harusnya pulau terdepan karena itu halaman muka kita. Karena dia disebut pulau terluar, jadi gampang keluar karena dianggap bukan bagian dari kita,” ucap JJ.

Dalam kacamata sejarawan, JJ menganggap nama-nama adalah arsip atau sumber sejarah yang penting. Nama sebuah tempat, misalnya, acapkali memiliki tautan erat dengan peristiwa masa lalu yang jarang diketahui orang.

“Misalnya kalau saya belajar sejarah Jakarta, kok ada nama kampung Tiang Bendera. Rupanya itu terkait dengan kapten Tionghoa pertama di kota Batavia yang tugasnya mengumpulkan pajak dari orang-orag Tionghoa untuk pembangunan kota Batavia. Dia mengerek bendera setiap akhir bulan di depan rumahnya, sebagai tanda pajak harus dibayar. Karena itu dinamakan kampung tiang bendera,” pungkas JJ.

Sementara itu, Asisten Pengamanan Kerjasama dan Perbatasan (Aspamkersamtas) Danpushidrosal, Kolonel Laut Yanuar Handwiono menambahkan, data di Gazeter juga merupakan salah satu cara untuk menjaga kedaulatan.

"Gazeter ini adalah suatu media penting, tidak hanya dari aspek inventaris nama pulau tapi juga aspek kedaulatan dan keamanan," tegas Yanuar.

Pushidrosal dengan BIG dan kementerian lain bekerja sama dalam mengelola nama unsur rupabumi di wilayah laut, yang kemudian menjadi bahan laporan ke International Hydrographic Organization (IHO).

Secara praktis nama tersebut menjadi acuan dunia internasional, salah satunya untuk keperluan navigasi.

Meski diakui Yanuar, BIG masih harus menyempurnakan Gazeter agar dapat mengakomodir semua unsur rupabumi, khususnya di perairan.

"Ada beberapa unsur rupabumi wilayah laut yang belum terakomodir dalam Gazeter 2021. Ini yang menjadi tantangan bagi tim Gazeter RI untuk melengkapinya," harap Yanuar.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved