Selasa, 7 Oktober 2025

Muktamar NU

PWNU Jatim: Gudang Kyai dan Figur Alternatif, Kenapa Tidak Percaya Diri?

Penulis paham dan tahu bahwa Jawa Timur adalah tanah yang begitu bertuah. Semua keputusan ulama Jawa Timur akan mengubah konstelasi politik.

Editor: Husein Sanusi
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Perpecahan di internal NU sungguh tidak diharapkan, karena nama organisasi ini terlanjur memiliki citra kuat sebagai organisasi pengusung ide harmoni umat beragama. Jika dirinya sendiri tidak mampu menunjukkan keharmonisan tersebut, maka apa jadinya di mata publik. Beban selanjutnya ada di pundak seluruh kyai NU umumnya dan kyai NU Jawa Timur khususnya. Polarisasi harus dihapus sampai ke akar-akarnya dengan menampilkan sosok alternatif yang akan menduduki posisi Ketua Umum PBNU.

Harapan terbesar warga Nahdliyyin ada pada NU Jawa Timur, karena walaupun NU di luar Jawa timur juga bisa untuk memunculkan figur alternatif, tetapi sudah pasti akan lemah dan tidak akan banyak berpengaruh. Jawa Timur jadi tumpuan semua pihak agar bom waktu perpecahan yang sudah nampak di depan mata tidak meledak. Tampaknya, waktu untuk melakukan tindak pencegahan masih cukup. Figur alternatif merupakan kebutuhan yang bisa dimunculkan NU Jawa Timur.

Pada saat yang sama, bila NU Jatim mampu menampilkan figur alternatif, maka ia bisa disebut telah menjalankan misi penyalamatan NU dari perpecahan internal ini. Sehingga polarisasi cukup terjadi sebelum Muktamar saja, dan tidak boleh dibawa sampai Muktamar. Cukup Muktamar yang telah lalu berlangsung ricuh dan tak kondusif. Jangan sampai Muktamar mendatang juga kembali ricuh. Itu alasan mendasar dibutuhkannya figur alternatif. Dan Jika PCNU/ PWNU Jatim tetep tidak percaya diri untuk mencalonkan kader terbaiknya sebagai ketum PBNU, maka dikhawatirkan publik menganggap kaderisasi di PWNU Jatim telah gagal, Karena tidak bisa mengangkat kader terbaiknya ke tingkat Nasional. Sebagai santri yang pernah lama Hidup di Jatim, Penulis sangat yaqin, kualitas dan kapasitas para tokoh-ulama Jatim sangat luar biasa dan banyak yang pantas memimpin NU saat ini. Wallahu a'lam bis shawab.

*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.*_

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved