Senin, 6 Oktober 2025

BNPT Perkuat Sinergi Tangani Kejahatan Luar Biasa di Indonesia Bersama KPK dan BNN di Era VUCA 

Terorisme, narkoba dan korupsi merupakan kejahatan transnasional dan terorganisir yang dapat menghambat pembangunan Indonesia. 

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Istimewa
BNPT Perkuat Sinergi Tangani Kejahatan Luar Biasa di Indonesia Bersama  KPK dan BNN di Era VUCA  

Laporan Wartawawan Tribunnews.com, Chaerul Umam 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terorisme, narkoba dan korupsi merupakan kejahatan transnasional dan terorganisir yang dapat menghambat pembangunan Indonesia. 

Ketiganya bahkan saling terhubung untuk mendukung tindak kejahatan yang lebih masif. 

Contohnya narco-terrorism yakni aksi terorisme yang didanai dari perdagangan gelap narkoba.

Tidak hanya di Indonesia, praktik narco-terrorism pun juga kerap terjadi di belahan negara lain menyebabkan berkembangnya eksistensi kelompok teror di dalam dan luar negeri. 

Terorisme dan korupsi juga terkait satu dengan yang lain.

Berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat, praktik korupsi pun dapat menjadi pemicu radikalisme dan terorisme. 

Tantangan melawan permasalahan bangsa di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) ini membutuhkan kolaborasi seluruh elemen bangsa, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai leading sector pemberantasan terorisme, narkoba, maupun korupsi. 

Dalam Webinar Sinergisitas Pemberantasan Narkoba, Korupsi dan Terorisme untuk Pembangunan Sumber Daya Manusia Unggul di Era VUCA, Rabu (24/11/2021), Kepala BNPT, Komjen Pol. Boy Rafli Amar mengatakan, sinergitas BNPT, BNN dan KPK harus dilakukan demi menguatkan sendi negara ini dari degradasi moral utamanya kepada generasi muda Indonesia. 

"Melalui upaya bersama ini potensi ancaman di tiga kejahatan ini akan tereliminasi dengan baik. Kolaborasi ini juga dengan masyarakat luas, menjadi bagian penting agar kita bergandeng tangan dalam menghadapi musuh negara," kata Boy Rafli. 

Berbicara mengenai kejahatan terorisme, Boy Rafli menjelaskan kemajuan teknologi berkontribusi dalam meningkatnya aktivitas terorisme. 

Proses radikalisasi, perekrutan, hingga pendanaan terorisme dapat dilakukan melalui internet. Fenomena ini melahirkan aktor tunggal atau lone-wolf dalam aksi terorisme seperti yang terjadi di Mabes Polri pada awal tahun 2021 lalu. 

"Kelompok radikal sangat sadar dengan media sosial, mereka pun jadi sistematis karena didukung sumber pendanaan besar, sehingga dengan uang itu mereka melakukan radikalisasi dan aksi terorisme," ucap Boy Rafli. 

Boy Rafli menambahkan, kini tidak ada masyarakat yang imun dari radikalisme dan terorisme. 

Paham tersebut masuk ke tiap sendi negara ini, termasuk di lembaga negara, lembaga pendidikan, bahkan organisasi keagamaan. 

Menurutnya, perlu ada penguatan nilai kebangsaan yang didukung oleh pemerintah dan masyarakat agar tercipta daya tangkal terhadap radikalisme dan terorisme. 

Dalam webinar ini hadir Kepala BNN, Komjen. Pol. Dr. Petrus Reinhard Golose, Ketua KPK, Komjen. Pol. Drs. Firli Bahuri, M.Si. Gubernur Bali, Dr. Ir. Wayan Koster, M.M., serta Kapolda Bali, Irjen. Pol. Putu Jayan Danu Putra, M.H., M.Si.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved