Selasa, 30 September 2025

Tak Surut Meski Pandemi, Polri Waspadai Transaksi Cryptocurrency dalam Peredaran Narkoba

Pandemi Covid 19 tidak menyurutkan peredaran Narkoba di Indonesia, bahkan ada kecenderungan meningkat.

Editor: Wahyu Aji
ISTIMEWA
Webinar bertajuk "Geliat Narkoba Dalam Bayangan Corona", yang diselenggarakan Divisi Humas Polri, Rabu (27/10/2021) siang. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid 19 tidak menyurutkan peredaran Narkoba di Indonesia, bahkan ada kecenderungan meningkat.

Untuk itu, Polri meminta masyarakat mewaspadai peredaran narkoba yang kini memanfaatkan media sosial dan menggunakan transaksi cryptocurrency yang sudah dilacak.

Demikian benang merah pemikiran yang mengemuka dalam webinar bertajuk "Geliat Narkoba Dalam Bayangan Corona", yang diselenggarakan Divisi Humas Polri, Rabu (27/10/2021) siang.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol. Prabowo Argo Yuwono dalam sambutannya yang dibacakan Karo PID Brigjen Pol. M. Hendra Suhartiyono mengingatkan, keberlangsungan masa depan bangsa dapat terancam penyalahgunaan narkoba karena dapat merusak generasi bangsa sebagai penyambung perjuangan rakyat dan pimpinan di masa depan.

Menurut Argo, permasalahan narkoba di Indonesia bersifat urgent dan kompleks, karenanya tergolong dalam kejahatan luar biasa, extra ordinary crime.

Ia menunjuk hasil temuan PPATK yang mempublish rekening jumbo milik sindikat narkoba sebesar Rp 120 triliun.

Baca juga: Diringkus Polisi, Jambret Kelompok Cakung Ini Gunakan Uang Hasil Kejahatan untuk Beli Narkoba

Belum lagi ada penggagalan peredaran 1.120 kg narkoba jenis sabu.

"Pekan lalu sebanyak 1,32 ton narkoba jenis ganja berhasil diamankan oleh jajaran Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, dengan estimasi nilai Rp6,85 miliar," sambung Argo.

Serangkaian fakta itu, sambung Kadiv Humas Polri Irjen Pol. Argo Yuwono, tentu mengundang keprihatinan kita semua.

Argo mengutip Kapolri Jendral Pol. Listyo Sigit Raharjo yang menyampaikan keprihatinannya di tengah situasi pandemi Covid 19 peredaran narkoba makin marak, seolah mencari lengah aparat penegak hukum.

Senada dengan Argo, Kombes Pol. I Ketut Arta, S.H. dari Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri menambahkan, pandemi Covid 19 tidak berdampak terhadap penurunan kasus penyalahgunaan Narkoba.

Bahkan penyitaan yang dilakukan Polri untuk barang bukti Narkoba jenis shabu terjadi peningkatan penyitaan yang sangat signifikan.

Baca juga: Jambret yang Kerap Beraksi di Jakarta Timur Ini Gunakan Uang Hasil Kejahatan untuk Beli Narkoba

"Tahun 2019 ada 43.957 kasus dengan 52.222 tersangka. Tahun 2020 ada 44.398 kasus dengan 57.459 tersangka," kata Artha.

Menurutnya ada 40 sampai 50 setiap hari atau 15 ribu orang per tahun meninggal karena jadi korban penyalahgunaan narkoba.

Ke depan, menurut Kombes Pol. I Ketut Artha perlu diwaspadai ancaman kejahatan cyber, yaitu:

a. Peredaran narkoba melalui medsos dan website;

b. Peredaran narkoba melalui jaringan internet tersembunyi yang sangat sulit dilacak;

c. Transaksi menggunakan cryptocurrency melalui internet yang tidak mudah dilacak, dan identitas tersembunyi.

Selain itu, lanjut Artha, perlu antisipasi untuk penyalahgunaan narkoba jenis baru, penggunaan situs-situs dan web untuk melakukan transaksi narkoba, serta penggunaan cryptocurrency sebagai media pembayaran bisnis Narkoba.

Adapun Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN, Brigjen Pol. I Wayan Sugiri mengemukakan, 80% peredaran Narkoba menggunakan jalur laut.

Terbanyak di Pula Sumatera.

Mengenai peredaran narkoba di Lapas, I Wayan Sugiri menampik spekulasi tersebut.

"Kalau pengendali ya ada yang di Lapas, tapi barangnya tidak di sana," terang Sugiri.

Baca juga: Kemenkominfo Mendorong Generasi Muda untuk Berkarya dan Menghindari Narkoba

Apresiasi Polri

Langkah Polri yang terus bergerak menghadapi penyebaran Narkoba di tengah pandemi Covid 19 diapresiasi anggota DPR RI Arzeti Bilbina.

"Jangan kita lengah dengan geliat narkoba," kata Arzeti.

Arzeti yang juga merupakan publik figur mengingatkan adanya 250 juta warga Indonesia yang berpotensi terpapar Narkoba.

Padahal, saat ini sudah sekitar 4 juta orang yang ditengarai menjadi pengguna Narkoba.

Sementara itu, Dr. Rahmat Muhammad, M.Si, sosiolog Unhas menyampaikan, sesuai Drugs Report BNN, 2020, data pengguna narkoba Indonesia: 1. Terbanyak berusia produktif, 35-44 tahun; 2. Kisaran usia pertama kali mencoba narkoba 17-19 tahun; 3. Laki-Laki cenderung terpapar narkoba; 4. Pengguna perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding pedesaan.

Adapun faktor utama pengguna narkoba: lingkungan, pergaulan, keluarga.

Karena itu, tegas Rahmat, pencegahan harus dilakukan dengan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, represif.

"Langkah preventif untuk pencegahan yang belum pernah mengenal narkoba sangat efektif apabila selain dilakukan oleh pemerintah dibantu oleh institusi lain, termasuk lembaga-lembaga profesional, LSM, kampus, perkumpulan, ormas, dan lain sebagainya," kata Rahmat. 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved