Sabtu, 4 Oktober 2025

Hari Santri Nasional

Lima Filosofi Logo Hari Santri Nasional 2021, Simak Sejarah Ditetapkannya Hari Santri Berikut Ini

Inilah lima makna filosofis dari logo hari santri nasional 2021, sejarah hari santri, dan penetapannya. Selengkapnya dalam artikel ini.

Editor: Daryono
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Contoh perayaan hari santri nasional dilakukan dengan mengaji bersama. 

Warna-warni dalam logo hari santri 2021 adalah gambaran dari luapan semangat dan kolaborasi santri untuk mengabdi kepada negeri dan Ilahi Rabbi.

Kehadiran santri dalam kehidupan bangsa Indonesia tidak lepas dari perjuangan kemerdekaan 1945.

Mereka menggabungkan diri dalam kelompok-kelompok Islam serta membentuk kekuatan melawan penjajah pasca kemerdekaan yang hendak kembali berkuasa.

Peringatan Hari Santri Nasional menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia adanya perjuangan rakyat dan santri yang tersebar di seluruh Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Selengkapnya tentang sejarah Hari Santri, simak rangkuman berikut ini.

Baca juga: Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021: Berikut Tema, Logo, dan Kumpulan Link Twibbonnya

Sejarah Hari Santri Nasional

Melansir dari portal Pemerintah Kota Pariaman, perjuangan santri bermula dari resolusi jihad sebagai panggilan jiwa bagi santri dan ulama untuk berkorban mempertahankan Indonesia.

Peristiwa memepertahankan Indonesia dari Belanda yang hendak kembali menjajah, tejadi di Surabaya, Jawa Timur pada 22 Oktober 1945.

Rais Akbar Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) saat itu adalah KH Hasyim Asy’ari.

Sebelumnya, pengurus NU Jawa dan Madura menggelar pertemuan di Surabaya pada 21 hingga 22 Oktober 1945.

Resolusi jihad tersebut bertujuan untuk mendesak pemerintah RI agar menentukan keputusan terkait datangnya Belanda ke Indonesia.

Kehadiran Belanda kembali ke Indonesia dikhawatirkan akan membahayakan kemerdekaan, agama, dan negara.

Dampak besar dari adanya resolusi tersebut adalah munculnya gerakan dari rakyat dan santri yang melakukan perlawanan terhadap Belanda di Surabaya.

Pada pertempuran 22 Oktober 1945 tersebut, rakyat dan santri dibantu oleh Bung Tomo serta pasukannya.

Namun, pertempuran sengit itu telah menewaskan pemimpin Sekutu, yaitu Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved