Senin, 6 Oktober 2025

Polemik Kapal Selam Nuklir AUKUS, Pengamat Pertahanan: Jangan Kagetan Indonesia Juga Pasti Butuh

Karena siapapun negara di dunia ini termasuk Indonesia ke depannya pasti membutuhkan sumber tenaga atau energi dari nuklir.

Editor: Johnson Simanjuntak
ist
Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie mengatakan Indonesia dan negara-negara kawasan Asia Pasifik jangan salah paham dengan Australia, Inggris dan Amerika yang membentuk kerjasama keamanan trilateral AUKUS dengan kapal selam nuklir.

Karena siapapun negara di dunia ini termasuk Indonesia ke depannya pasti membutuhkan sumber tenaga atau energi dari nuklir.

"Mau pakai tenaga apa lagi. Energi tidak terbarukan kan terbatas dan segera habis," ujar Connie, saat dikonfirmasi, Rabu (6/10/2021).

Connie menegaskan Australia yang membangun kapal selam bertenaga nuklir juga karena memang terdorong oleh kebutuhan untuk mewujudkan supremasinya. Apalagi Australia memiliki area laut yang luas. 

Bagaimana mungkin Australia melakukan interoperabilitas bersama negara AUKUS jika tidak memiliki SSN/kapal selam bertenaga nuklir.

"Australia kan tidak dan belum ingin memiliki SSN. Jadi kita waspada harus, tetapi ya jangan kagetan," ucapnya.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin (kiri) menyambut Perdana Menteri Australia Scott Morrison saat ia tiba di Pentagon pada 22 September 2021 di Arlington, Virginia. Pekan lalu, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris mengumumkan pakta keamanan (AUKUS) untuk membantu Australia mengembangkan dan mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir, di samping kerja sama militer lainnya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin (kiri) menyambut Perdana Menteri Australia Scott Morrison saat ia tiba di Pentagon pada 22 September 2021 di Arlington, Virginia. Pekan lalu, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris mengumumkan pakta keamanan (AUKUS) untuk membantu Australia mengembangkan dan mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir, di samping kerja sama militer lainnya. (AFP)

 
Karena nuklir merupakan energi terbarukan, Connie pun memastikan Indonesia bakal dan harus segera memanfaatkan nuklir sebagai energi.

Asalkan tenaga nuklir tersebut digunakan untuk energi, riset dan teknologi kedokteran, foods securities dan lainnya dan bukan untuk tujuan perang.

"Suatu hari kita juga pasti harus punya alutsista bertenaga nuklir, termasuk kapal selam," imbuh dia. 

Baca juga: Kehadiran AUKUS Tidak Buat Gentar, Pengamat Ungkap Alasan China Tak Mempan Provokasi

Connie memaparkan sebagian besar negara secara subtansial juga sudah dilengkapi dengan senjata nuklir.

Rusia memiliki 6.800 senjata nuklir, AS memiliki 6.185 senjata nuklir, India memiliki 150 hulu ledak nuklir.

Sementara China dan Pakistan masing-masing memiliki 320 DAN 160 senjata nuklir.

Terkait berapa jumlah ideal kapal selam yang harus dimiliki Indonesia, Connie mengungkapkan setidaknya Indonesia harus memiliki 12-14 kapal selam dengan 4 kapal induk.

Namun hal tersebut tergantung dari kebijakan dan kepentingan nasional yang ingin dicapai dan dilakukan pemerintah.

Indonesia, kata dia, harus memiliki kebanggaan dan niat untuk menegakkan supremasinya seperti apa yang dilakukan negara- negara yang berlomba sekarang memasuki kawasan.

Seperti Perancis, Inggris, Belanda, India, dan Jepang dengan kekuatan aliansi, militer dan persenjataannya.

"Tahun 2007, saya sudah sampaikan bahwa Indonesia perlu 12 kapal selam dan 4 kapal induk. Beberapa kelas harus bertenaga nuklir. Tidak mungkin tidak, itu keniscayaan," ungkapnya.

Gagasan menjaga serta menjunjung tinggi supremasi negara, sambung Connie, telah dilakukan Soekarno, Presiden Indonesia pertama ketika Indonesia menjadi negara berkekuatan militer terbesar di bumi bagian selatan.

Oleh karena itu harus dipastikan apakah yang ingin bangsa ini akan wujudkan pada tahun 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka. 

"Terutama jika tetap mempertahankan prinsip non blok atau non alignment yang akan sangat mahal tentunya di era dunia sudah saling dan semakin berintegrasi karena negara-negara tertentu di kawasan telah memiliki keunggulan militer yang siginifikan dengan ribuan pasukan dan infanteri yang maju, dipersenjatai alutista bertenaga nuklir dengan dukungan kerjasama aliansi," tandasnya. 

Diketahui, akhir-akhir ini perseteruan dan ketegangan di Laut China Selatan (LCS) semakin meningkat.

Baca juga: Menlu Retno Soroti Pakta Pertahanan AUKUS dan Ingatkan Soal Ancaman Stabilitas Kawasan

Hal ini sampai melibatkan negara-negara di luar kawasan yang memiliki kepentingan di perairan tersebut. 

Amerika, Inggris dan Australia merupakan negara-negara yang meningkatkan kehadiran militernya, terutama angkatan lautnya di kawasan tersebut untuk membendung pengaruh China yang semakin besar.

Saat ini Australia, Inggris dan Amerika membentuk kerjasama keamanan trilateral AUKUS yang bertujuan untuk membendung pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.

Dan salah satu kesepakatannya adalah Australia akan membuat kapal selam nuklir untuk memperkuat angkatan lautnya.

Pembentukan AUKUS tersebut membuat hubungan negara AUKUS tersebut bersitegang dengan Prancis.

Pasalnya, karena AUKUS, Australia membatalkan secara sepihak kontrak pembelian kapal selamnya ke Prancis demi mendapatkan kapal selam nuklir buatan Amerika atau Inggris, yang membuat pemerintah Prancis meradang.

Hal tersebut menunjukkan betapa seriusnya negara-negara tersebut menyikapi perkembangan isu LCS.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved