Senin, 6 Oktober 2025

BKNP PDI Perjuangan Menggelar Sepekan Bung Hatta

Sebelum melihat lebih jauh tentang pemikiran demokrasi Bung Hatta, Burhanuddin menilai bahwa kita harus melihat Bung Hatta lebih jernih. 

istimewa
Talk Show 'Pekan Bung Hatta' yang diinisiasi BKNP PDI Perjuangan pada hari pertama menghadirkan Burhanuddin Muhtadi. 

“Jadi, kritik-kritik keras Bung Hatta, justru ia sampaikan saat berada di pusatnya penjajahan,” lanjut Burhanuddin.

Yang menarik dari Bung Hatta, meskipun ia seorang aktivis yang kutu buku dan seringkali mengkritik demokrasi ala barat, namun Hatta sendiri tidak anti terhadap demokrasi Barat. 

Ini berbeda dengan Syahrir misalnya yang cendrung ‘taklid buta’ terhadap demokrasi Barat, atau Bung Karno yang cenderung anti terhadap demokrasi Barat.

”Bung Hatta menerima konsep demokrasi barat tapi dengan sangat kritis. Beliau menulis banyak sekali kritik-kritik tajam terhadap demokrasi barat terutama yang disebutnya sebagai demokrasi kapitalistik,” kata doktor politik dari Australian National University itu.

Menurutnya, Hatta melihat bahwa demokrasi di Barat tidak bisa dilepaskan dari konsep liberalisme individualisme. Individualisme yang diartikan bahwa setiap orang memiliki kehendak untuk melakukan apapun yang dia lakukan dan dijamin oleh apapun. 

Kritik Hatta terhadap hal tersebut adalah ketika kehendak atau individualisme ini terlalu ditekankan secara membabi buta, maka yang lahir adalah hanya demokrasi politik, namun demokrasi ekonomi dikuasai oleh pemodal.  

Kritik-kritik tajam Hatta terutama pada asumsi yang dipegang oleh individualisme bahwa seakan negara hanya menjadi penjaga malam dan  tidak mengurusi bagaimana proses keadilan sosial.

“Inilah mengapa konsep keadilan sosial itu menempati satu tempat yang sangat baik sekali dalam pemikiran demokrasi seorang Hatta,” tutur Burhanuddin. 

Hatta mengkritik demokrasi Barat yang dianggap lalai terhadap tujuan awal berdirinya demokrasi yaitu liberte (kebebasan dan  kemerdekaan), egality (persamaan) dan fraternite(persaudaraan). 

“Jadi, menurut Hatta, demokrasi Barat telah tercerabut dari akarnya sendiri’,” ungkap Burhanuddin.

Dari sinilah kemudian Hatta memberikan narasi demokrasi dengan apa yang dia ambil dari nilai-nilai berdasarkan Islam. 

“Tentu bukan Islam yang eksklusif, tapi Islam yang menitikberatkan pada pada kebenaran dan keadilan sosial,” lanjut Burhanuddin.

Hal kedua yang menjadi latar belakang pemikiran demokrasi seorang Bung Hatta, selain ditunjang oleh konsep Islam yang  berkeadilan, yakni adanya nilai-nilai asli demokrasi Indonesia yang disebut kekeluargaan dan kebersamaan.

Hal ketiga adalah pemikiran sosialisme yang berperikemanusiaan. 

“Tiga hal inilah yang menjadi latar belakang pemikiran demokrasi Hatta,” tegas Burhanuddin.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved