Jumat, 3 Oktober 2025

Psikolog: Orang Tua Perlu Membangun Motivasi Belajar Anak di Tengah Pandemi

Banyak kasus yang ditemui di lapangan, menurut Yohana, menunjukan adanya indikasi penurunan motivasi dalam belajar anak.

Shutterstock
Ilustrasi belajar daring anak bersama orangtua 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembelajaran berbasis daring dapat menimbulkan kebosanan anak dalam belajar.

Psikolog dari Yayasan Heart of People Yohana Theresia menilai kondisi pandemi banyak mempengaruhi kehidupan manusia, terkait pola pendidikan dan pengasuhan anak.

"Metode daring tentunya menjadi tantangan sendiri bagi kita semua yang terlibat di pendidikan dan parenting," ujar Yohana melalui keterangan tertulis, Selasa (13/7/2021).

Banyak kasus yang ditemui di lapangan, menurut Yohana, menunjukan adanya indikasi penurunan motivasi dalam belajar anak.

Baca juga: Sekolah di Masa Pandemi, Daring atau Tatap Muka Terbatas?

Menurut Yohana, hal itu tidak lepas dari banyak faktor diantaranya keterbatasan penguasaan gawai di sisi pengajar, materi pembelajaran yang kurang variatif, kurangnya kontrol penggunaan gawai hingga intervensi yang salah dari orang tua.

"Sehingga tentunya, jika motivasi belajar turun sangat berpengaruh ke banyak aspek lainnya, yakni level pemahaman, kreativitas, produktivitas dan tentunya hasil pencapaian pembelajaran itu sendiri," kata Yohana.

Yohana menilai orang tua harus melakukan delapan langkah dalam membangun motivasi. Sebenarnya motivasi itu dapat dibagi berdasarkan dua sumber, yakni internal dan eksternal.

Tips membangun motivasi tersebut diantaranya, orang tua harus ikut terlibat, orang tua juga diminta untuk sering mendengar, orang tua dapat membantu anak untuk memutuskan dan memahami dengan segala bentuk konsekuensi yang ada.

Lalu orang tua juga harus belajar memahami kondisi si anak, hal ini kadang yang jarang ada, karena orang tua kurang paham/sensitif dengan apa yang terjadi, terutama saat anak bosan belajar.

Yohana juga menambahkan orang tua dapat memberikan penghargaan kepada anak jika mencapai sesuatu yang telah disepakati sebelumnya, misalkan prestasi baik maupun hal-hal lainnya.

Terkait pemberikan penghargaan atau reward menurut Yohana, tentunya harus juga disesuaikan dengan kebutuhan dan bermanfaat, salah satunya yang cocok yakni berupa kebutuhan & alat belajar bagi si anak itu sendiri.

"Dan pada akhirnya, semua elemen sangat berperan untuk mensukseskan pola belajar dan parenting di era saat ini, orang tua, sekolah, pemerintah dan juga siswa," tutur Yohana.

Sementara itu, Product Manager PT Faber-Castell International Indonesia, Lilyana Ang mengatakan bentuk penghargaan dapat berupa pemenuhan kebutuhan dan alat belajar bisa menjadi pilihan tersendiri bagi orang tua dalam memotivasi anak.

Salah satu kebutuhan sekolah yang dapat diberikan kepada anak, diantaranya berupa produk tas bsekolah.

Tas sekolah, kata Yohana, harus disesuaikan dengan isu perkembangan anak.

Dari fase Separation Anxiety yang kerap muncul di usia PAUD dan TK, lalu fase kemandirian dan produktivitas di usia Sekolah Dasar, hingga pencarian identitas pada usia remaja dan dewasa.

"Tas Faber-Castell telah dibuat berdasarkan hasil riset yang melatari fase-fase dalam perkembangan seseorang anak, serta dengan memasukan saran dari ahli kesehatan tulang, guna memastikan kesehatan penggunanya," ungkap Lily.

Selain itu, Tas Faber-Castell juga sangat ramah lingkungan karena bebas PVC yang dapat menyebabkan karsinogenik.

Penggunaan PVC oleh Badan Kesehatan Dunia sudah dikategorikan sebagai plastik paling beracun dan sangat susah diurai.

Saat ini tas Faber-Castell telah tersedia di official store Faber-Castell di Tokopedia, Blibli, Bukalapak, Lazada serta toko tradisional market maupun modern market terdekat, tutup Lily.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved