Saling Serang Pernyataan PDIP-Demokrat, Julukan SBY Bapak Bansos hingga Sinyal Tutup Pintu Koalisi
Hasto Kristiyanto melontarkan sejumlah pernyataan mulai dari julukan SBY sebagai bapak bansos Indonesia hingga menutup pintu koalisi dengan Demokrat.
"Karena meniru strategi Thaksin, politik populism yang kemudian menyandera APBN kita. Kemudian ditiru oleh seluruh kepala daerah Indonesia bagaimana berlomba adakan bansos sebagai bagian dari politik elektoral tapi mengandung kerawanan dalam kestabilan fiskal di masa yang akan datang," pungkas Hasto.
2. Hasto Tegaskan Partainya Tak akan Berkoalisi dengan Demokrat
Masih di forum yang sama, Hasto menegaskan PDIP tidak akan berkoalisi dengan dengan PKS dan Demokrat.
Keengganan untuk berkoalisi dengan PKS lantaran adanya perbedaan ideologi.
"PDIP berbeda dengan PKS karena basis ideologinya berbeda, sehingga sangat sulit untuk melakukan koalisi dengan PKS. Itu saya tegaskan sejak awal," kata Hasto.
Baca juga: Andi Arief Sebut Demokrat Bakal Rugi Jika Berkoalisi dengan PDIP di Pilpres 2024
Sementara dengan Demokrat, lanjut Hasto, PDIP enggan berkoalisi karena basis partainya berbeda.
"Dengan Demokrat berbeda, basisnya berbeda. (Mereka) partai elektoral, kami adalah partai ideologi tapi juga bertumpu pada kekuatan massa," ujar Hasto.
"Sehingga kami tegaskan dari DNA-nya kami berbeda dengan Partai Demokrat. Ini tegas-tegas aja, supaya tidak ada juru nikah yang ingin mempertemukan tersebut, karena beda karakternya, nature-nya," pungkas Hasto.
3. Reaksi Demokrat
Pernyataan Hasto Kristiyano kemudian ditanggapi oleh politikus Demokrat.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief, mengatakan PDIP enggan berkoalisi dengan Demokrat karena sebenarnya didasari oleh fakta Megawati selalu kalah dengan SBY, seperti dalam Pemilu 2004 dan 2009.
"Persoalan sesungguhnya itu karena PDIP dua kali berhadapan dengan kader Demokrat yaitu SBY selalu mengalami kekalahan," kata Andi Arief kepada wartawan, Jumat (28/5/2021).

Bahkan, lanjut Andi, PDIP dapat memenangkan Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 bukan karena kader utama PDIP yang dicalonkan, yakni Joko Widodo (Jokowi).
Andi mengatakan bahwa Jokowi bukan merupakan kader yang dididik di PDIP sejak lama.
"Jauh lebih lama Puan Maharani atau pun Megawati sendiri. Jokowi sebagai kader kost di PDIP pun bukan mengalahkan kader Demokrat. Bahkan prestasi dalam menjabat kita bisa saksikan jauh lebih baik di zaman kader Demokrat menjadi presiden hampir di semua bidang," ucapnya.
Baca juga: Hasto: Urusan Penanganan Bencana, Ibu Megawati Lebih Heboh dari Pemilu