Senin, 6 Oktober 2025

Bursa Capres

Pengamat Bantah Prediksi Ganjar Ulangi Kesuksesan Jokowi Tahun 2014: Beda Cerita

Pengamat Politik, Hendri Satrio, bantah prediksi Ganjar Pranowo bakal ulangi kesuksesan Jokowi di tahun 2014: Beda cerita.

Penulis: Shella Latifa A
KOMPAS.com/MOCHAMAD SADHELI
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam peresmian Stadion Manahan Solo, Sabtu (15/2/2020). Pengamat Politik, Hendri Satrio, bantah prediksi Ganjar Pranowo bakal ulangi kesuksesan Jokowi di tahun 2014: Beda cerita. 

TRIBUNNEWS.COM - Nama Ganjar Pranowo tengah menjadi sorotan beberapa waktu ini.

Sebab Gubernur Jawa Tengah (Jateng) yang disinyalir jadi calon presiden (capres) terkuat di 2024 ini sedang 'dipinggirkan' oleh partainya sendiri, PDI Perjuangan (PDIP).

Isu itu berawal dari acara pengarahan PDIP Jateng yang dipimpin Puan Maharani di Semarang, Sabtu (22/5/2021).

Acara ini dihadiri seluruh kader partai baik legislatif dan eksekutif, kecuali Ganjar.

Alasan Ganjar sengaja tak diundang dalam acara pengarahan PDIP Jateng diduga karena terlalu berambisi mencalonkan diri pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Baca juga: Pengamat Sarankan Ganjar Pranowo Lirik Perahu Lain Jika Tetap Ingin Jadi Capres

Sejumlah pihak pun memprediksi momen yang dialami Ganjar ini, sama seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi) di tahun 2014.

Saat itu, Jokowi yang masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, sempat menerima penolakan dari PDIP untuk maju Pilpres.

Sampai akhirnya, Jokowi berhasil meraih kemenangan di Pilpres 2014.

Lantas, apakah Ganjar akan mengulangi kesuksesan Jokowi di Pilpres 2024 mendatang?

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, tak setuju dengan prediksi tersebut.

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, di Kantor LBHI, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, di Kantor LBHI, Jakarta, Jumat (11/10/2019). (Tribunnews.com/ Igman Ibrahim)

Baca juga: Puan Pantas Diusung Jadi Presiden, Ganjar Dekat dengan Wong Cilik

Menurutnya, cerita yang dialami Ganjar dengan orang nomor 1 di Indonesia ini berbeda.

Disebutkannya, Jokowi menang banyak dalam beberapa pemilihan kepala daerah (Pilkada).

"Ceritanya berbeda, antara Mas Ganjar dengan Pak Jokowi. Pak Jokowi di Solo menang 90 persen."

"Lalu, pindah ke Jakarta, mengalahkan banyak sekali tokoh kuat dan elektabilitasnya besar," ucapnya kepada Tribunnews, Selasa (25/5/2021).

Sementara, menurut Hendri, Ganjar sempat hampir kalah dengan lawan mainnya di Pilkada Jateng, Sudirman Said.

Baca juga: Serangan PDIP pada Ganjar Pranowo Diduga Direstui Megawati, Pengamat: Semua Bergantung pada Mega

"Mas Ganjar ini di Jawa Tengah lawan Sudirman Said aja hampir kalah."

"Padahal dia petahana dan di kandang banteng," lanjutnya.

Sehingga, setiap pemimpin punya cerita sendiri-sendiri di perjalanan politiknya.

Kesuksesan Jokowi tak bisa berulang terjadi pada Gubernur Jateng itu.

"Cerita setiap pemimpin enggak bisa diulang," jelas pengamat politik dari Lembaga Survei Kedai Kopi itu.

Ganjar Pranowo dan Puan Maharani.
Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. (Kolase TribunKaltara.com / Kompas.com/Riska Farasonalia)

Dulu Jokowi ditolak Capres

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, kasus hampir serupa pernah dialami Jokowi pada 2013 atau setahun menjelang Pilpres 2014.

Almarhum Taufiq Kiemas, suami Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang kala itu menjabat Ketua MPRI, menilai tidak mungkin Jokowi dicalonkan capres.

Alasannya karena saat itu Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI,.

"Enggak mungkin," kata Taufiq, dikutip Kompas.com pada Selasa (26/2/2013).

Taufiq berharap agar Jokowi tidak ditarik dalam wacana capres atau cawapres di 2014. "Jangan, kasihan," ucapnya.

KAOS LARIS MANIS - Kaos putih dengan gambar wajah  dan bertulisan
KAOS LARIS MANIS - Kaos putih dengan gambar wajah dan bertulisan "Jokowi 2014" di jual dihalaman Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan yang digelar di Ancol, Jakarta Utara, Minggu (08/9/2013). Sejumlah orang yang menamakan dirinya Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 (Bara JP-2014) menjajakan koas dengan harga 50 ribu per-helai ini laris manis dibeli oleh perserta ataupun kader PDI yang datang ke arena Rakernas. (Warta Kota/henry lopulalan) (/henry lopulalan)

Jokowi kala itu mengakui dirinya ditolak Taufik Kiemas untuk jadi capres.

Padahal  saat itu  Jokowi dianggap layak untuk diusung menjadi salah satu calon pemimpin Indonesia.

Dalam sejumlah survei, elektabilitas Jokowi berada di urutan atas, lebih tinggi dari politisi senior seperti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie alias Ical, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, hingga Jusuf Kalla.

Meskipun pada akhirnya PDIP secara resmi mencalonkan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019.

Hingga akhirnya terpilih jadi presiden Indonesia dua periode.

Kini dialami Ganjar

Nasib serupa dialami Ganjar Pranowo.

Hasil survei sejumlah lembaga survei menempatkan Ganjar pada posisi tiga besar capres 2024.

Namun nasib berkata lain.

Dia tak diundang acara besar PDIP di Semarang Jawa Tengah.

Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu, Bambang Wuryanto, mengatakan dalam acara itu seluruh kepala daerah di Jawa Tengah diundang untuk mengikuti acara.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan logo PDIP.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan logo PDIP. (kolase tribunnews)

Namun demikian, khusus untuk Ganjar Pranowo dikecualikan. Alasannya, karena langkahnya dianggap berseberangan dalam perihal pencapresan dengan PDI-P.

"Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter (Jika kamu pintar, jangan merasa pintar)" katanya kepada wartawan usai acara pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di kantor DPD PDIP Jawa Tengah, Panti Marhen, Semarang, Sabtu (22/5/2021) malam.

Bambang yang merupakan Ketua DPD PDI-P Jateng tersebut menilai langkah Ganjar yang terlalu berambisi untuk mencalonkan diri sebagai presiden itu tidak baik.

Pasalnya, hingga sekarang belum ada arahan dari partai untuk menentukan sikap dalam Pemilu 2024 mendatang.

Ganjar sudah beberapa kali diingatkan

Langkah Ganjar yang dianggap terlalu berambisi untuk mencalonkan diri sebagai presiden itu salah satunya terlihat dari keaktifannya di media sosial.

Bahkan, belakangan Ganjar sampai rela menjadi host di akun YouTube-nya.

Padahal, kader partai lain yang memiliki potensi yang sama, tidak melakukannya.

Bukannya karena tidak mampu, tapi karena tidak berani lantaran belum ada perintah dari ketua umum.

"Wis tak kode sik. Kok soyo mblandang, ya tak rodo atos. (Sudah saya kode. Tapi semakin kelewatan, ya saya agak keras). Saya di-bully di medsos, ya bully saja. Saya tidak perlu jaga image saya,'' kata Bambang.

Baca polemik Ganjar dengan PDIP lainnya

(Tribunnews.com/Shella Latifa/Hasanudin Aco)(Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved