Profil Herman Lantang, Tokoh Pendiri Mapala UI dan Sahabat Soe Hok Gie
Herman Lantang meninggal dunia di usianya yang ke-80 tahun di RSUD Tangerang Selatan, Banten. Berikut profilnya.
Penulis:
Arif Tio Buqi Abdulah
Editor:
Muhammad Nursina Rasyidin
Pada 7 april 1971, Herman terpilih sebagai ketua umum pertama @mapala_ui yang sebelumnya bernama Mapala Prajnaparamitha.
"Ketika itu Mapala termasuk Seksi: Penggemar Alam dan Maulana Ibrahim merupakan Ketua dgn no: M 001
Itu sebab saya minta dilantik jd anggota thn 1966, setelah meletakkan jabatan Ketua Senat," tulis Herman di akun Instagramnya, @hermanolantang.
Baca juga: Tantangan Berkarya di Tengah Pandemi, Koleksi Denim Batik untuk Gairahkan Pecinta Fesyen
Kecintaannya pada alam tak lepas dari pengaruh sang ayah yang sering mengajaknya berburu di hutan.
Pria kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara pada tanggal 2 Juli 1940 ini sering keluar masuk hutan bersama sang ayah yang merupakan seorang tentara.
Herman yang bernama lengkap Herman Onesimus Lantang ini lambat laut akhirnya menyukai dunia petualangan.
Setelah tamat dari Europrrshe Lagere School SR GMIM4 (setaraf SD ), Herman kecil melanjutkan ke SMPK Tomohon.
Mengutip Wartakota, Herman mulai hijrah ke ibukota bersama orangtuanya yang saat itu di pindahtugaskan ke daerah baru.
Kemudian di Jakarta inilah ia melanjutkan kembali pendidikan formalnya, ketika di terima di SMA 1 (Budi Utomo) pada tahun 1957.
Tak puas sampai disitu, Herman mulai melirik perguruan tinggi yang menurutnya akan memberikan sistem pendidikan terbaik.
Saat itu, di tahun 1960, melalui segudang test yang cukup rumit, ia pun berhasil di terima di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jurusan Anthropologi yang banyak berkutat dengan kebudayaan dan perilaku manusia sejak mulanya.
Melalui jurusan ini pula ia sempat melakukan penelitian mendalam terhadap perilaku suku terasing Dhani di Papua pada tahun 1972, yang mengantarkannya mencapai gelar sarjana penuh.
Ia banyak membagikan foto-foto lawasnya saat berada di Pupua melalui akun Instagramnya.
Terlihat potret Herman Lantang saat masih muda layaknya mahasiswa pada umumnya kala itu yang berambut gondrong.
"Thn 1968 sy melintasi 'No mans land dari Heageima ke Wusageima dihulu sungai Lorents selama deminggu membawaSten gun & pistol FN ( ukuran peluru sama)," tulis dalam sebuah unggahan fotonya.
Baca juga: Gunung Everest Akan Buka Kembali untuk Pertama Kalinya Pasca-Pandemi Covid-19
Kecintaaanya pada alam membuat Herman Lantang mendirikan sebuah tempat camping untuk berwisata.
Bernama Hermanlantangcamp, tempat tersebut mengusung konsep private Glamorous Camp / Glamping dan berlokasi di kaki Gunung Salak.
Tempat tersebut menawarkan suasana alam yang bisa digunakan untuk berkemah sekaligus untuk berlibur.
Di lokasi Herman Lantang Camp terdapat 3 Curug yaitu Curug Nangka, Curug Daun dan Curug Kawung.
(Tribunnews.com/Tio)