Senin, 6 Oktober 2025

BMKG: Prediksi Hujan Lebat, Gelombang Tinggi dan Masa Transisi ke Musim Kemarau di Indonesia

BMKG memprediksikan hujan lebat, gelombang tinggi, pertumbuhan awan cumulonimbus dan masa transisi musim hujan ke musim kemarau di wilayah Indonesia.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Sri Juliati
scroll.in
Ilustrasi hujan lebat akibat - BMKG memprediksikan hujan lebat, gelombang tinggi, pertumbuhan awan cumulonimbus dan masa transisi musim hujan ke musim kemarau di wilayah Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan hingga Rabu (24/2/2021) mendatang seluruh wilayah Indonesia masih terjadi potensi hujan dengan intensitas lebat disertai kilat petir dan angin kencang.

Wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami cuaca ekstrem di antaranya, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta.

Juga hampir semua wilayah di Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat untuk tetap tenang tetapi waspada dan berhati-hati terhadap dampak cuaca ekstrem.

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dan berhati-hati terhadap dampak cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan gelombang tinggi," kata Dwikorita dikutip dari bmkg.go.id.

Selain itu, peningkatan gelombang tinggi diprediksikan akan terjadi di sejumlah perairan wilayah Indonesia.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo mengatakan, gelombang dengan ketinggian 2,5-4 meter (kategori tinggi) berpeluang terjadi di perairan utara Sabang-Selat Malaka bagian utara, perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Pulau Enggano, perairan selatan Pulau Jawa hingga NTB.

Baca juga: BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Ekstrem di Jabodetabek

Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan Pulau Jawa hingga NTB, perairan Kepulauan Natuna, perairan Kepulauan Anambas, Laut Natuna, perairan Kepulauan Bintan, Selat Makassar bagian selatan, Laut Maluku bagian Utara, perairan Kepulauan Sangihe.

Perairan Halmahera Barat, Laut Halmahera, perairan Raja Ampat bagian utara, perairan Manokwari, perairan barat Biak, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Kai-Kepualaun Aru, Laut Arafuru bagian timur dan selatan Merauke.

Kemudian potensi gelombang sangat tinggi antara 4-6 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna utara, Perairan Kepulauan Talaud, Perairan utara Halmahera, Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat.

Sedangkan ketinggian gelombang di perairan Laut Jawa meski hanya 1,25-2,5 meter (kategori sedang) tetap perlu diwaspadai terutama bagi aktivitas nelayan.

Selain itu, adanya potensi pasang surut harian air laut yang berbarengan dengan curah hujan tinggi yang dapat menghambat air hujan ke laut utamanya di Jakarta Utara, pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga perlu diwaspadai.

Di samping itu, Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan, Edison Kurniawan mengatakan adanya potensi pertumbuhan awan cumulonimbus dengan cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen hingga Rabu (24/2/2021).

Awan Cumulonimbus
Awan Cumulonimbus (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Pertumbuhan itu diprediksikan akan terjadi di sebagian Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan bagian barat.

Maluku, sebagian Papua, Laut Bali, Laut Sumbawa, Laut Sawu, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Halmahera, perairan barat Papua Barat, Samudra Hindia barat daya Bengkulu hingga NTT, Samudra Pasifik utara Papua dan Laut Arafuru.

Lebih lanjut, Deputi Bidang Klimatologi Herizal menjelaskan, musim hujan 2020-2021 dipengaruhi dengan fenomena iklim global La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan hingga 40 persen.

La Nina diperkirakan masih akan berlangsung setidaknya hingga Mei 2021.

Adapun saat ini hampir sebagian besar wilayah Indonesia yaitu 96 persen dari Zona Musim telah memasuki musim hujan.

Pada Maret-April 2021 curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia masih berpotensi terjadi kategori menengah hingga tinggi (200-500 mm/bulan).

Baca juga: BMKG: Hujan Lebat di Jakarta Diperkirakan Terjadi hingga 24 Februari 2021, Waspadai Potensi Banjir

Sedangkan sebagian besar Papua dan sebagian Sulawesi berpotensi mendapatkan curah hujan bulanan kategori tinggi sampai sangat tinggi atau lebih dari 500 mm/bulan.

Sementara pada Mei 2021 memasuki masa transisi dari musim hujan ke kemarau.

Pada Juni-Agustus 2021 di wilayah Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua diperkirakan mendapatkan curah hujan kategori menengah sampai rendah (20-150 mm/bulan).

Kemudian September 2021 diprediksikan masih kemarau, lalu bulan berikutnya memasuki transisi musim kemarau ke musim hujan, dan diprakirakan November kembali memasuki musim hujan.

Herizal menambahkan, musim kemarau tahun ini akan lebih basah dibandingkan normalnya.

"Musim kemarau tahun ini tidak sekering musim kemarau pada biasanya atau juga dibandingkan musim kemarau 2019," kata dia.

Karena itu masih perlu diwaspadai potensi banjir yang berpeluang terjadi pada Maret-April 2021.

Namun, juga perlu dimanfaatkan potensi curah hujan kategori menengah dan tinggi pada Maret dan April 2021 untuk mengisi waduk, bendungan dan embung sebagai cadangan air untuk mengantisipasi musim kemarau.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved