Kamis, 2 Oktober 2025

Ujaran Kebencian

FAKTA Kasus Ambroncius Nababan atas Dugaan Rasisme, Berawal Kesal, hingga Tanggapan Natalius Pigai

Berikut fakta lengkap terkait kasus Ambroncius Nababan atas dugaan rasisme, berawal dari kesal hingga mendapat tanggapan dari Natalius Pigai sendiri.

Penulis: Shella Latifa A
Editor: Tiara Shelavie
Tribun Batam
Ambroncius Nababan, Ketua Relawan Jokowi Amin Projamin. Berikut fakta lengkap terkait kasus Ambroncius Nababan atas dugaan rasisme, berawal dari kesal hingga mendapat tanggapan dari Natalius Pigai sendiri. 

"Ya, betul (Ambroncius Nababan ditahan, Red)," kata Slamet seperti pemberitaan Tribunnews sebelumnya, Rabu (27/1/2021).

Menurutnya, kasus ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar lebih cermat dalam bersosial media.

Dia bilang, tidak ada boleh ada tindakan rasisme kepada sesama warga bangsa.

"Agar tidak dianggap mematikan demokrasi dan bebas berbicara. Pesannya jangan lagi main jari yang mengarah ke perpecahan bangsa khususnya rasis agama suku golongan namun kalau bentuk kritik hal yang berbeda," pungkasnya.

5. Tanggapan Natalius Pigai

Natalius Pigai menanggapi kasus dugaan rasisme yang tertimpa pada Ambroncius Nababan.

Ia mengaku tidak terlibat pada pelaporan pada Ambroncius itu.

Menurutnya, kasus ini bentuk dari laporan orang Papua yang tersinggung pada konten unggahan Ambroncius.

"Saya tidak pernah memikirkan untuk memenjarakan setiap orang, termasuk Ambroncius Nababan. Maka laporan yang disampaikan maupun proses di politik itu di luar saya,” jelas Pigai, dikutip dari Kompas.com, Rabu (27/1/2021).

"Jadi, itu hubungan orang Papua dengan rasa tersinggung dengan Ambrocius Nababan, jadi itu di luar saya," lanjutnya.

Ketua Tim Pemantauan dan Penyelidikan Peristiwa Bentrok TNI AU dan Warga Desa Sarirejo pada Komnas HAM Natalius Pigai menjelaskan hasil penyelidikan di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (29/8/2016). Komnas HAM berkesimpulan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia dengan adanya tindakan penganiayaan, penyiksaan serta pengrusakan harta benda milik warga, jurnalis dan fasilitas umum yang dilakukan terutama oleh anggota Lanud Kolonel Soewondo yakni oknum anggota TNI AU dan Paskhas dibantu oleh oknum Armed TNI AD di peristiwa bentrok yang terjadi pada 15 Agustus lalu di Kelurahan Sarirejo, Medan, Sumut. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Tim Pemantauan dan Penyelidikan Peristiwa Bentrok TNI AU dan Warga Desa Sarirejo pada Komnas HAM Natalius Pigai menjelaskan hasil penyelidikan di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (29/8/2016). Komnas HAM berkesimpulan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia dengan adanya tindakan penganiayaan, penyiksaan serta pengrusakan harta benda milik warga, jurnalis dan fasilitas umum yang dilakukan terutama oleh anggota Lanud Kolonel Soewondo yakni oknum anggota TNI AU dan Paskhas dibantu oleh oknum Armed TNI AD di peristiwa bentrok yang terjadi pada 15 Agustus lalu di Kelurahan Sarirejo, Medan, Sumut. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Pigai menuturkan, ia tidak pernah membenci orang-orang yang diduga melakukan tindakan rasialisme kepadanya.

Sebab, menurutnya, pelaku rasialisme itu adalah kelompok-kelompok buzzer yang mengganggu peradaban bangsa, dengan kendali yang ada di kekuasaan.

"Kelompok-kelompok buzzer yang mengganggu peradaban bangsa ini remote control-nya ada di kekuasaan," ucap Pigai.

Diketahui, konten yang diunggah Ambroncius memperlihatkan Natalius Pigai disandingkan dengan hewan Gorilla.

"Tetapi gorila sebagai yang menyamakan identitas manusia dengan hewan jadi satu kesatuan, itu yang mengandung unsur rasismenya," tenggap Pigai.

(Tribunnews.com/Shella/Igman Ibrahim)(Kompas.com/Devina Halim/Irfan Kamil)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved