Ajak Risma Tangani Pemulung dan Gelandangan, Ini Solusi yang Ditawarkan Dedi Mulyadi
Kebijakan Risma yang ingin memindahkan pemulung atau gelandangan yang ditemuinya ke satu rumah kontrakan atau rumah susun dipastikan tidak akan mudah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang membidangi soal lingkungan Dedi Mulyadi mengatakan, pro kontra soal blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini sesuatu yang wajar.
"Mensos menjalankan tugas sesuai dengan tupoksinya, sedangkan mereka yang mengkritik pun wajar, namanya juga negara demokrasi," kata Dedi Mulyadi melalui ponselnya, Kamis (7/1/2021).
Pro kontra tentang cara kerja Risma itu terus menuai polemik.
Belakangan bahkan blusukan Risma itu disebut setingan karena ada yang menyebutkan pemulung dan gelandangan yang ditemuinya itu palsu.
Dedi justru mengajak Risma untuk bekerjasama menangani soal pemulung dan gelandangan.
Ia menyebut kebijakan Risma yang ingin memindahkan pemulung atau gelandangan yang ditemuinya ke satu rumah kontrakan atau rumah susun dipastikan tidak akan mudah.
Menurut Dedi, hampir setiap hari ia bertemu dengan pemulung dan gelandangan.
Baca juga: PSI Dukung Risma Jadi Garda Terdepan Penyaluran Bantuan untuk Rakyat
Kalau dihitung-hitung sudah ratusan ribu orang pemulung dan gelandangan yang ditemuinya.
Kebanyakan, kata Dedi, mereka memilih jadi pemulung karena sudah tidak mampu lagi bekerja secara optimal.
Baik itu karena fisik yang lemah, usia lanjut, atau untuk mereka yang berusia muda memang sudah kebiasaan hidupnya seperti itu.
"Saya pastikan memindahkah pemulung atau gelandangan ke rumah susun atau rumah kontrakan itu bukan perkara mudah.
Saya beberapa kali memindahkan pemulung ke rumah kontrakan, tidak lama kemudian mereka keluar dan balik lagi ke tempat memulung," kata Dedi.
Mereka tidak mau tinggal di rumah kontrakan, lanjut Dedi, karena tidak ada tempat menyimpan barang-barang rongsokan hasil memulung.
Padahal barang-barang rongsokan itu adalah napas hidupnya.
Baca juga: Respons Para Politisi soal Mensos Tri Rismaharini Blusukan, dari Mardani Ali Sera hingga Fadli Zon
Mereka khawatir kehilangan pendapatan dan masa depannya. Meskipun nilai barang rongsokan itu hanya Rp 15 ribu atau paling tinggi Rp 100 ribu.
Menurut Dedi, para pemulung itu harus dimuliakan sebab merekalah yang menyelamatkan lingkungan dari sampah plastik, kertas, besi, dan sampah-sampah lainnya.
"Tidak terbayangkan jika tidak ada pemulung, bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal kita, bakal dipenuhi lautan sampah," kata Dedi
Dedi mengatakan, meski ada jargon yang kerap disuarakan para pejabat untuk memilah sampah organik dan anorganik, itu semua cuma simbolistik pemanis kebijakan semata.
Jadi, kata Dedi, solusi untuk menangani persoalan pemulung dan gelandangan ini adalah bukan hanya ditawari tempat tinggal yang representatif tapi juga harus diberi pelatihan tata kelola sistem pengolahan sampah yang benar.
"Kemudian diintegrasikan dengan dinas lingkungan hidup di kabupaten/kota agar diangkat jadi tenaga harian lepas kebersihan," kata Dedi.
Hal lain yang juga penting, lanjut Dedi, para pemulung ini harus dimuliakan dengan diberi kebutuhan hidup yang layak.
"Saya kira pemulung itu jauh lebih mulia dibanding mereka yang kerap buang sampah sembarangan, apalagi mereka para importir sampah dari luar negeri yang ngirim sampah pakai kontainer," kata Dedi.
Dedi Mulyadi pun mengajak Mensos Risma untuk bekerjasama menyelesaikan persoalan pemulung dan gelandangan ini.
"Saya kira dalam kondisi seperti sekarang ini, kita perlu untuk bekerjasama, bukan saling curiga," kata Dedi.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Dedi Mulyadi Ajak Risma Kerja Sama Tangani Pemulung dan Gelandangan, Begini Solusinya