Penangkapan Terduga Teroris
Ketua RT Ungkap Terduga Teroris yang Ditangkap di Palembang Sempat Larang Azan dan Pengajian
warga berinisial A (35) yang tinggal di Jalan Rujak Beling RT 48 RW 05 Kelurahan Talang Kelapa Kecamatan Alang-alang lebar Palembang ditangkap Densus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang warga berinisial A (35) yang tinggal di Jalan Rujak Beling RT 48 RW 05 Kelurahan Talang Kelapa Kecamatan Alang-alang lebar Palembang ditangkap Densus 88, Senin (30/11) sore.
Terduga teroris itu ditangkap di konter handphone miliknya yang berada di Komplek Perumnas Talang Kelapa RT 24 Kelurahan Talang Kelapa, Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang.
Rizwan (53), Ketua RT 13 Kelurahan Talang Kelapa yang menyaksikan langsung penggeledahan di rumah A mengatakan, pria tersebut dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan tidak mudah bergaul dengan warga sekitar.
Baca juga: Mantan Panglima NII Bongkar Modus Kelompok Teroris Galang Dana
Baca juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Palembang, Seluk Beluk Pelaku Diungkap Ketua RT
Baca juga: Densus 88 Amankan Buku Jihad, Ketapel Hingga 3 Kotak Peluru di Rumah Terduga Teroris di Palembang
"Pemahaman dia soal agama sangat jauh berbeda dengan warga pada umumnya dia pernah bilang, pengajian sama azan enggak boleh. Mungkin itu yang menyebabkan dia sama istrinya tidak mudah bergaul dengan warga sekitar," ujarnya saat ditemui, Selasa (1/12/2020).
Diketahui, A sudah tinggal di kawasan tersebut sejak tahun 2005 silam. Ia menikah dengan warga sekitar berinisial R (35) dan memiliki dua orang anak.
"Anaknya paling besar itu perempuan dan lagi sekolah Pesantren di Lampung. Anak keduanya, laki-laki ada sekolah di sini, kelas 1 atau 2 SMP. Sekarang anak dan istrinya ada di rumah keluarga mereka," ujarnya.
Rizwan mengaku kaget saat Tim Densus 88 mendatangi kediamannya pada Senin sore. Kedatangan tersebut adalah untuk minta pendampingan guna melakukan penggeledahan di kediaman R.
Penggeledahan dilakukan mulai dari pukul 16.30 sampai 20.00 WIB.
"Soalnya Ketua RT 48 lagi pergi. Karena rumah saya yang paling dekat, jadi polisi minta saya yang temani," ujarnya. Saat itu ada tiga polisi berpakaian preman yang datang menemui Rizwan.
"Mereka bilang kami dari Densus 88, bapak sudah tahu kan apa urusannya kalau kami sudah turun ke lapangan. Terus mereka jelaskan siapa yang ditangkap dan saya diminta mendampingi untuk penggeledahan," ujarnya.
Rizwan mengatakan ada 15 orang yang datang ke rumah A saat penggerebekan. Saat itu, tim Densus meminta Rizwan ikut melihat penggeledahan isi rumah terduga teroris tersebut.
Saat penggeledahan ia melihat sejumlah benda saat penggeledahan berlangsung. Antara lain, buku karangan Abu Bakar Baasyir, peluru, ketapel, besi tombak dan senapan angin.
"Ada buku karangan Abu Bakar Baasyir. Ada senjata besi panjang, peluru 3 kotak, senapan angin, ketapel kayu. Tapi bukan ketapel buatan biasa," katanya.
Jaringan Jemaah Islamiyah
Kapolda Sumsel, Irjen Pol Prof Eko Indra Heri saat dikonfirmasi membenarkan penangkapan tersebut.
"Iya benar satu orang pria terduga teroris diamankan Densus 88, kita hanya membantu," katanya.
Dari informasi yang didapat, terduga teroris Palembang yang langsung dibawa oleh Densus 88 ke Jakarta yakni merupakan warga Perumnas Talang Kelapa.
Meski begitu, Kapolda Sumsel belum dapat memastikan apakah terduga teroris yang ditangkap ini ada kaitannya dengan terduga teroris yang ditangkap di Lampung beberapa waktu lalu.
"Betul JI (Jemaah Islamiyah). Dibawa ke Jakarta, itu (identitas pelaku) Densus yang tahu," ujarnya.
Rahmad (23), salah satu warga sekitar mengatakan, pria yang diamankan tersebut sudah lama tinggal di Perumnas Talang Kelapa. Bahkan, selama ini warga tak menaruh kecurigaan apa pun terhadap pria tersebut.
"Dia buka konter HP bernama Nur Cell di sini sejak 2016, memang sudah lama di sini. Anaknya ada dua," kata Rahmad.
Menurut Rahmad, A kesehariannya dikenal sebagai orang baik. Bahkan, ia sering mengikuti pengajian yang ada di sekitar tempatnya tinggal.
"Sering kalau kumpul pengajian di rumah kakaknya, tapi kami tak curiga kalau begitu (terduga teroris)," jelasnya.
Menurut warga sekitar, usaha konter yang didirikannya tersebut sudah berlangsung lama. Sosok A, juga diketahui baik walaupun warga sekitar tidak mengenal dekat sosoknya.
"Kalau dari sekilas orangnya baik, soalnya pernah ngobrol sama dia masalah HP," kata, warga yang berjualan di daerah sekitar TKP.
Konter tempat A bekerja juga diketahui sering tutup, dan banyak warga yang tidak terlalu mengenalnya. Padahal lokasi konter berada di tempat yang relatif ramai penduduk. Penggeledahan oleh Densus 88 tersebut, membuat warga sekitar kaget.
Teroris Gorontalo
Penangkapan terduga teroris juga dilakukan Densus 88 Mabes Polri di Gorontalo. Di Gorontalo Densus menangkap 7 orang terduga teroris di Gorontalo pada 27 November 2020 lalu.
Seluruhnya merupakan kelompok jaringan Daulah Islamiyah. Karo Penmas Humas Polri Brigjen Awi Setyono mengatakan seluruhnya diketahui tergabung dalam satu grup media sosial (Medsos).
Mereka diduga berencana untuk melakukan aksi terorisme.
"Polri berhasil mengungkap jaringan daulah Islamiyah di Gorontalo pada 27 November 2020. Jaringan yang kami ungkap ini tergabung dalam grup medsos yang berencana melakukan amaliyah atau tindak pidana teror dengan jumlah 7 orang," kata Awi.
Menurutnya, kelompok ini terdeteksi berencana untuk melakukan aksi terorisme dengan menyerang TNI-Polri di Gorontalo.
Tak hanya itu, mereka juga merencanakan perampokan terhadap seorang anggota DPRD di Gorontalo.
"Kelompok ini merencanakan tindak pidana teroris di beberapa lokasi antara lain Polsek Marisa dan Polsek Pohuwanto, Koramil desa Tabulo, amaliyah terhadap anggota baru 6 Polres Pohuwatu dan 2 anggota densus 88 antiteror. Terakhir merencanakan perampokan dan perampasan anggota DPRD Gorontalo," jelasnya.
Lebih lanjut, Awi menuturkan penangkapan itu sebagai bentuk antisipasi Polri terkait adanya potensi ancaman keamanan masyarakat.
"Rangkaian penegakan hukum yang telah dilakukan oleh Polri bentuk kesiapan dan kewaspadaan kami melindungi masyarakat dari setiap potensi ancaman ke depan dengan istilah preventif strike," ujarnya.
Markas besar Kepolisian RI juga mengantisipasi adanya potensi aksi teror saat pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 pada 9 Desember 2020 mendatang. Brigjen Awi Setyono mengatakan tim gabungan Polri juga telah memetakan daerah yang dianggap rawan saat pelaksanaan Pilkada Serentak.
"Terkait potensi teror itu yang jelas sudah dilakukan mapping oleh Polri maupun Densus 88 Antiteror. Tentunya kita tidak bias sampaikan karena informasi intelijen," kata Awi.
Lebih lanjut, Awi menyampaikan tim gabungan Polri masif melakukan sejumlah penangkapan para pelaku terorisme. Hal itu juga sebagai salah satu antisipasi adanya aksi teror saat Pilkada Serentak 2020.
"Polri melakukan penangkapan-penangkapan para pelaku teror sehingga kita bias minimaze terjadinya kejahatan terorisme. Begitu banyak yang sudah ditangkap dalam waktu sebulan ini belum lagi yang bulan-bulan sebelumnya adalah salah satu upaya agar pelaksanaan Pilkada serentak 2020 bisa berjalan aman tertib kondusif," pungkasnya.
Diketahui, Pilkada serentak akan dilaksanakan pada 9 Desember 2020 di 270 wilayah, baik memilih gubernur, walikota maupun bupati.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menetapkan hari pelaksanaan Pilkada Serentak nantinya sebagai hari libur nasional.
Penetapan itu tertuang dalam Keppres Nomor 22 Tahun 2020 tentang "Hari Pemungutan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2020 sebagai Hari Libur Nasional".(Tribun Network/dwi/igm/wly)