Gerakan 30 September
Eddy Jadi Saksi Kematian Ahmad Yani Kala Berusia 7 Tahun, Kerap Menangis Ingat Ayahnya Ditembak
Melihat sang ayah ditembak membabi buta di depannya, membuat Eddy kerap histeris selama beberapa tahun pascakejadian.
Penulis:
Kurniawati Hasjanah
Editor:
Dewi Agustina
Hingga akhirnya selepas Sekolah Menengah Pertama (SMP), Eddy tak lagi mendapat pengawalan dari personel TNI.
"Pergi sekolah diantar sampai dalam sama pengawal. Pulang sekolah dijemput sama pengawal di kelas. Jadi benar-benar dikawal dan saya tidak main walaupun sudah sekolah umum. Saya saat itu enggak nyaman lah ya, karena mikir akan ada apa ya sampai dijaga (dikawal) seperti ini. Tapi lepas SMP sudah enggak ada pengawal," jelasnya.

Baca: Legislator PPP Tegaskan Penayangan Film Dokumenter G30S/PKI Tetap Diperlukan
Seiring berjalannya waktu, trauma yang ada juga kian berkurang. Eddy mulai berbesar hati bila menjawab sejumlah pertanyaan perihal kejadian kelam tersebut.
Walaupun sesekali air matanya menetes bila mengingat pasukan Cakrabirawa menembak sang ayah di hadapannya. (tribun jakarta/Kurniawati Hasjanah)