Jumat, 3 Oktober 2025

Bamsoet Minta Pemerintah Tingkatkan Upaya Adaptasi-Mitigasi Perubahan Iklim ke Masyarakat 

Sebanyak 64 persen pemuda Indonesia khawatir jika dampak krisis iklim akan lebih parah dibandingkan

TRIBUN SUMSEL/MA FAJRI
Ilustrasi - Petugas dari BPBD Ogan Ilir melakukan pemadaman kebakaran lahan di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Jumat (28/8/2020). Total lahan yang terbakar dari bulan Januari hingga Agustus 2020 seluas 95,5 hektare di Sumatera Selatan (TRIBUNSUMSEL/M.A.FAJRI) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 64 persen pemuda Indonesia khawatir jika dampak krisis iklim akan lebih parah dibandingkan dengan dampak krisis wabah virus corona (Covid-19). 

Selain itu, ribuan desa di Indonesia juga rentan terdampak perubahan iklim dikarenakan belum memiliki atau menerapkan upaya adaptasi dan mitigasi yang baik. 

Menanggapi hal itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet mendorong pemerintah meningkatkan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim kepada masyarakat.

Apalagi perubahan iklim dapat memicu terjadinya cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada terjadinya bencana.

Baca: KLHK-Disdikbud Rancang Kurikulum Terkait Perubahan Iklim Bagi Anak Sekolah

Baca: Krisis Iklim Diprediksi Membuat 1,2 Miliar Orang di Dunia Kehilangan Tempat Tinggal pada Tahun 2050

Baca: Greta Thunberg Kembali ke Sekolah Setelah Setahun Cuti karena Keliling Dunia Jadi Aktivis Iklim

"Mendorong pemerintah, dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK, untuk melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat akan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," ujar Bamsoet, dalam keterangannya, Jumat (25/9/2020). 

"Sehingga dapat mendorong dan memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim dan menurunkan gas emisi rumah kaca," imbuhnya. 

Bamsoet juga mengungkap pentingnya edukasi masyarakat terkait literasi perubahan iklim dengan cara penyampaian informasi yang mudah dipahami masyarakat. 

Dengan begitu, masyarakat dapat melaksanakan secara optimal tata cara menghadapi perubahan iklim

Menurutnya hal tersebut harus dilakukan disamping masyarakat memahami pengelolaan sampah, penggunaan energi baru terbarukan, budidaya pertanian yang rendah emisi, peningkatan tutupan vegetasi, dan pencegahan hingga pengendalian kebakaran hutan dan lahan/karhutla.

"Pemerintah juga harus mengoptimalkan program kampung iklim di tingkat desa dan kelurahan, tidak hanya tersentris di pulau Jawa saja. Namun berfokus kepada seluruh wilayah di Indonesia, terutama yang rentan terhadap dampak perubahan iklim," tandasnya. 

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 64 persen pemuda Indonesia khawatir jika dampak krisis iklim akan lebih parah dibandingkan dengan dampak krisis wabah virus corona (Covid-19).

Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah, Adhityani Putri mengungkapkan hal ini berdasarkan laporan survei krisis iklim pada anak muda yang disusun oleh Change.org Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah.

“Ini menarik karena kita selalu dihadapkan pada asumsi bahwa krisis iklim itu dampaknya tidak kelihatan, tapi ternyata ada persepi ini di kalangan anak muda,” kata Adhityani Putri dalam webinar krisis iklim di mata dunia, Jumat (25/9/2020).

Adhityani berujar survei yang dilakukan kepada 8000 responden tersebut mengungkapkan kekhawatiran pemuda terhadap krisis iklim sekiranya sama seperti kekhawatiran terhadap krisis akibat covid-19.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved