Jumat, 3 Oktober 2025

Sempat Debat dengan Petugas Bakamla Kapal Coast Guard China Masuk Natuna Utara

Pemerintah menanyakan maksud keberadaan kapal patroli milik China tersebut di perairan Natuna Utara.

Editor: Hendra Gunawan
Dok Bakamla RI
KN Nipah 321 mengusir kapal Coast Guard China yang kedapatan berkeliaran di ZEEI Laut Natuna Utara, yang merupakan wilayah yurisdiksi Indonesia, pada sabtu, 12 September 2020. 

Aan mengatakan sejauh ini pihaknya belum ada rencana menambah kapal patroli lagi di sana.

"Sementara belum. Cukup dua kapal di sana, kemudian Angkatan Laut juga ada.
Kemarin kan saya juga berkoordinasi dengan Angkatan Laut untuk memback up dari

jarak dua mil di belakang, jadi kalau ada apa-apa dia bisa membantu," kata Aan.

Aan mengatakan dukungan TNI Angkatan Laut dibutuhkan dalam operasi Bakamla
mengingat armada TNI Angkatan Laut memiliki peralatan dan perlengkapan yang lebih
lengkap.

"Cuma kan kalau dihadapai dengan Angkatan Laut kan juga kurang pas karena
ini kan kapal Coast Guard ya dihadapi dengan Coast Guard, istilahnya apple to apple.
Jangan dihadapi dengan kapal militer. Kalau kapal militer yang datang, nanti
eskalasinya meningkat," kata Aan.

Aan mengatakan, Bakamla sebagai simbol negara harus hadir di area yang mendapat
perhatian khusus seperti di perairan Natuna Utara. Ke depan, ia juga berharap
kementerian lainnya misalnya Kementerian Kelautan dan Perikanan juga bisa dilibatkan.

"Supaya di situ juga ada kegiatan ekonomi, eksplorasi, ekspolitasi dalam bentuk apa?
Ya mengambil ikan oleh kapal-kapal ikan kita. Kemudian Angkatan Laut juga memback
up kita untuk sama-sama menjaga ZEE kita," kata Aan.

Atas kejadian tersebut Aan berharap ke depannya Indonesia dapat memanfaatkan hak
berdaulat di zona ekonomi eksklusif. Jangan sampai, kata Aan, hak tersebut diganggu
negara-negara lain sehingga Indonesia bisa bergiat untuk memanfaatkannya melalui
eksplorasi, eksploitasi sumber daya alam yang ada di sana untuk kepentingan ekonomi
Indonesia.

Untuk jangka panjangnya, Aan berharap Indonesia dalam hal ini Kementerian Luar
Negeri tetap bisa menjalin diplomasi dengan China.

"Intinya ke depan kita berharap laut Natuna Utara di dekat Laut China Selatan bukan menjadi daerah konflik. Karena mau tidak mau kalau jadi daerah konflik ini dampaknya ke kita juga, ke Indonesia. Jadi kita berharap, damai, semua pihak mengikuti aturan main sesuai dengan hukum
internasional," kata Aan.

Diberitakan sebelumnya Setelah sempat berada di ZEE Indonesia Laut Natuna Utara
sejak Sabtu 12 September 2020 lalu, Kapal Coast Guard China 5204 (CCG 5204)
akhirnya bergerak keluar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di Laut Natuna Utara
dengan dibayang-bayangi kapal patroli Badan Keamanan Laut Republik Indonesia
(Bakamla RI) yakni KN Pulau Nipah 321 pada Senin (14/9/2020) siang.

Aan mengatakan KN Pulau Nipah 321 yang sedang melaksanakan tugas operasi cegah
tangkal 2020 di wilayah Zona Maritim Barat Bakamla RI terus berusaha menghalau
pergerakan CCG 5204 sejak saat itu.

Kedua kapal, kata Aan, juga melakukan komunikasi intensif dan saling menegaskan
posisi dan klaim atas wilayah laut tersebut.

"CCG 5204 dipantau telah bergerak ke utara menjauhi ZEEI. KN Pulau Nipah 321 terus
mengamati bersama KRI Imam Bonjol 383 yang juga melaksanakan patroli mendukung
di belakang kapal Bakamla pada jarak 2 sampai 3 nautical mile," kata Aan ketika
dikonfirmasi pada Senin (14/9/2020).

Aan mengatakan sinergitas Bakamla dan TNI dalam hal ini TNI Angkatan Laut sangat
diperlukan untuk mengantisipasi strategy grey area yang mengedepankan kapal-kapal
non kombatan dalam konflik wilayah laut.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved