Kamis, 2 Oktober 2025

Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta Sebut Cita-Citanya di PKS Tidak Bisa Diwujudkan

Menurut Anis, dirinya tidak pernah mensakralkan lembaga, di mana waktu bergabung dengan PKS semata-mata karena cita-cita.

Editor: Sanusi
Istimewa
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta, Sabtu (22/8/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menjawab sebutan sebagian pihak bahwa dirinya bagian dari yang berguguran di jalan dakwah, karena meninggalkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Jawaban tersebut disampaikan Anis setelah mendapat pertanyaan dari salah satu peserta dalam acara Ngeshare (Ngaji Syar'ie).

Baca: Anis Matta: Pemerintah dan Partai Oposisi Sama-sama Bingung

Menurut Anis, dirinya tidak pernah mensakralkan lembaga, di mana waktu bergabung dengan PKS semata-mata karena cita-cita.

"Cita-cita yang sama juga yang membuat saya mendirikan Partai Gelora, ketika saya merasa bahwa di tempat yang lama cita-cita ini, tidak bisa kita wujudkan," papar Anis dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (13/9/2020).

Anis menjelaskan, tidak boleh ada upaya untuk mensakralkan sebuah lembaga, apalagi itu organisasi politik dengan cara membatasi perbedaan pendapat dalam perjuangan.

Sebab, kata Anis, organisasi tersebut adalah sarana untuk mencapai tujuan, meskipun cara yang dilakukan berbeda-beda.

"Sebenarnya kita ada jebakan besar bagi kaum Islamis (Harakah Islam) yaitu Sakralisasi Lembaga atau taqdisul wasail (meng-qudus-kan sarana). Janganlah kita mengubah apa yang merupakan sarana (lembaga/organisasi/partai) menjadi tujuan. Itu tidak boleh," kata Anis.

Anis menyebut, perbedaan pendapat dalam sarana perjuangan adalah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan jika melihat-lihat sejarah, maka perbedaan pendapat juga terjadi di masa Khulafaur Rasyidin.

Tetapi perbedaan pendapat yang terjadi di PKS, dinilai Anis, tidak sedahsyat yang terjadi di masa Khulafaur Rasyidin yang melahirkan serangkaian perang.

"Kalau kita kan lebih kecil dari situ. Jadi, sebenarnya saya tidak terganggu dengan istilah-istilah 'Yang Berguguran di Jalan Dakwah', karena itu penempatan yang salah," paparnya.

"Dan salah satu yang perlu saya garisbawahi tebal adalah mensakralkan sarana adalah bahaya besar yang mengancam kaum Islamis. Pada dasarnya yang lebih penting bagi kita, adalah pertanggungjawaban pribadi kita kepada Allah SWT," sambungnya.

Di sisi lain, Anis mengatakan, Indonesia sebagai bangsa saat ini sedang menghadapi masalah besar krisis berlarut akibat pandemi Covid-19.

Sehingga tidak perlu berpikir untuk mensakralkan lembaga atau organisasi.

Sebaliknya, justru harus berpikir bagaimana mencari solusi atau jalan keluar dari krisis berlarut saat ini.

"Kita ini sedang menghadapi masalah besar, jangan dihadapi dengan otak kecil," ucap Anis.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved